Di dalam pesawat, kru Lion Air meminta maaf kepada seluruh penumpang karena alasan operasional. Dih, klise. Sebagai kompensasi keterlambatan kala itu, aku dan penumpang lainnya diberi nasi kotak. Saat kubuka, isinya nasi dan dua lauk. Ya sudah, dinikmati saja. Alhamdulillah.
Aku mendapat kursi persis di sebelah jendela. Di sebelah kananku, terdapat seorang pria setengah baya dan seorang anak perempuannya. Dari perawakannya, sepertinya mereka adalah keturunan Tionghoa. Si anak perempuan masih balita. Oleh ayahnya, si anak perempuan didudukkan persis di sebelahku.
Lucu sekali. Rambut si anak perempuan dikuncir kanan kiri. Ditambah asesoris bulu-bulu di kepalanya. Mungkin karena saat itu menjelang Imlek, jadi si anak didandani untuk menyemarakkan suasana.
Sepanjang penerbangan dari Jakarta ke Pontianak, si ayah sibuk sekali dengan anaknya ini. Kala si anak mengeluh gerah, dengan sigap ayahnya langsung membukakan jaketnya. Tatkala si anak merengek haus, bapaknya langsung menyiapkan botol air.
Saat pembagian nasi kotak, si ayah terlihat amat lahap dan secepat kilat memakannya. Kupikir ini lantaran beliau lapar. Namun rupanya tidak. Setelah kuamati, si ayah segera menghabiskan nasi kotaknya, kemudian beralih menyuapi anaknya. Hikss, merinding.
Di momen itu, jujur aku terharu. Aku yang seorang perantau ini, sontak teringat kedua orangtua di rumah. Teringat bapakku. Ahh, untung ada libur panjang ini. Aku bisa traveling ke Pontianak, dan akan kulanjutkan untuk pulang sejenak ke Malang. Menjenguk orangtua di rumah.
Jadi, bersyukurlah ketika masih ada kedua orangtua. Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan itu. Karena kita tidak tahu, sampai kapan mereka bisa menemani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H