Sebagai rakyat Indonesia, tentu kita semua menanti datangnya pesta demokrasi di 2019. Selain dapat memilih untuk pemilu legislatif, kita juga mempunyai hak untuk menentukan siapakah presiden yang baru. Presiden yang bakal mengemban amanah di periode 2019 sampai 2024.
Khusus untuk pemilihan presiden, tampaknya petahana saat ini masih diatas angin. Pak Jokowi, bisa jadi sudah 'memegang' sejumlah parpol dalam genggamannya. Bahkan ada parpol yang secara terang-terangan telah menyatakan dukungannya kepada Jokowi, untuk kembali maju di pilpres tahun depan.
Lalu, siapakah tokoh yang 'berani' menantang Pak Jokowi untuk meramaikan pilpres 2019? Rasanya kita semua harus bersabar. Toh, pemilunya masih sekitar setahun lagi. Masih ada beberapa tahapan yang harus dilalui, sebelum akhirnya muncul nama-nama yang bakal menjadi kontestan di pemilihan presiden 2019.
Reklame Anis Matta PKS yang Mencolok Mata
Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS). Ketika mendengar partai yang satu ini, aku bagai mengulum permen Nano-nano.Rasanya campur-campur, uhh...?! Kalau kamu bagaimana? Hahaa.
Jujur, dari sepanjang sepak terjang PKS mewarnai panggung perpolitikan tanah air, aku memiliki stigma miring terhadap partai ini. Pandanganku ini terbentuk, terutama lantaran peristiwa yang menghantam PKS pada 2013. Ya, kala itu presiden (ketua umum) PKS, Lutfi Hasan Ishaq (LHI), terciduk KPK karena kasus suap impor daging sapi.
Semenjak kasus yang menimpa LHI tersebut, kemudian muncul berbagai sikap dan tindakan para politisi PKS, yang menerbitkan rasa antipati dalam benakku. Misalnya ketika Tifatul Sembiring menjabat menteri kominfo. Dan yang paling mencuri perhatian, tingkah polah Fahri Hamzah saat pilpres 2014 kemarin.
Ahh..., rasanya bakal tak ada habisnya, kalau hendak membicarakan PKS. Namun ya sudahlah. Para kader PKS tersebut, tetaplah saudara sebangsa setanah air. Mereka mempunyai hak yang sejajar, sebagai warganegara. Mereka pun berhak untuk memperjuangkan aspirasi politiknya. Selama masih dalam koridor Pancasila dan NKRI.
Ngomonginsoal PKS, ada sesuatu yang ingin kubagi melalui laman Kompasiana ini. Aku adalah warga Kota Malang, Jawa Timur. Setiap hari, aku nyaris selalu melewati jalan raya di sekitar alun-alun Kota Malang. Masyarakat kami familiar menyebutnya sebagai kawasan alun-alun kotak.
Nah, salah satu jalan utama untuk menuju alun-alun kotak adalah Jalan Basuki Rahmat. Di ujung Jalan Basuki Rahmat ini, berdiri toko buku Gramedia. Beberapa waktu belakangan, ada yang menarik dari depan gedung Gramedia tersebut. Ada sebuah papan billboardberukuran cukup besar, yang berdiri gagah di sana.