Pemilu 2019 tinggal setahun lagi. Bahkan partai politik yang menjadi pesertanya pun sudah tersedia. Dari 15 parpol yang bisa dipilih secara nasional, setidaknya ada empat parpol baru. Aku pribadi, cukup tertarik dengan salah satunya. Dia adalah Partai Berkarya.
Ketertarikanku ini ada alasannya. Ketika pengundian nomer urut peserta pemilu yang diadakan KPU bulan lalu, aku langsung 'terpana' dengan kehadiran Partai Berkarya. Ya, bagaimana tidak...? Petinggi yang hadir dari Partai Berkarya adalah Pak Harto. Ehh..., maaf! Salah-salah?! Bukan Pak Harto. Tetapi putra bungsunya Pak Harto, yakni Tommy Soeharto.
Hahaa, maafkan bercandaku yang garing ini. Lha habisnya, Mas Tommy itu nyaris plek ketiplek sama bapaknya, sih! Mirip banget.Apalagi kalau Tommy sudah pakai peci. Berasa sedang lihat perangko lawas yang gambarnya Pak Harto. Sang bapak pembangunan. Hhmm.
Partai Berkarya akhirnya memperoleh nomer urut 7. Bersebelahan dengan Partai Garuda, yang mendapat nomer 6. Mereka berdua kebetulan sama-sama parpol baru. Yang namanya parpol baru, pasti akan mengundang rasa penasaran. Dan penasaranku ini adalah, kenapa Tommy Soeharto kembali 'frontal' terjun ke dunia politik.
Ya, frontal. Sejak keluar dari penjara, ia berusaha 'tampil' melalui Partai Golkar. Berusaha untuk mengais-ngais sisa kejayaan yang pernah dicapai oleh bapaknya. Namun usahanya ini sepertinya kurang membuahkan hasil. Pria ini seolah tak lagi 'dianggap' oleh Partai Golkar.
Hingga akhirnya, Tommy Soeharto kembali mendapatkan kesempatan untuk mereguk dunia politik di negeri ini. Tak lagi melalui Golkar. Melainkan melalui partai baru yang bernama Berkarya. Berkarya pun mulus melenggang ke pemilu 2019. Tanpa ada drama berlebihan seperti PBB-nya Yusril.
Sebuah Kesan Pertama dari Neneng A. Tuty, Ketua Umum Partai Berkarya
Sebenarnya ide yang mendasari tulisan kali ini, kudapatkan seminggu yang lalu. Namun baru kuabadikan sekarang, hehee. Jadi, aku sempat menonton program berita malam yang disiarkan oleh Jawapos TV, pada Senin, 5 Maret kemarin. Di salah satu segmen, rupanya terdapat wawancara khusus, yang menampilkan ketua umum Partai Berkarya, Neneng A. Tuty.
Tetapi dari wawancara yang durasinya sekitar sepuluh menit itu, aku memperoleh beberapa kesan. Ini menurutku, ya. Jadi bagi Anda yang turut menontonnya, mungkin akan menangkap kesan yang berbeda-beda.
Aku masih ingat. Tatkala kemarin saat mengambil nomer urut di KPU, Partai Berkarya diwakili oleh sang dedengkot utama, Tommy Soeharto. Kapasitas Tommy adalah sebagai ketua majelis tinggi partai dan ketua dewan pembina. Tommy ditemani oleh Badaruddin Andi Picunang, yang menjabat sebagai sekjen partai.