Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sebuah Panggilan di Suatu Malam

16 Agustus 2012   19:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:39 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinihari aku terbangun.

Ada panggilan masuk di Blackberry-ku. Nomor asing. Tak tersimpan di phonebook-ku. Panggilan pertama tak kuhiraukan. Selang beberapa detik, muncullah panggilan kedua. Nomor yang sama. Nomor asing.

Tetapi, tunggu. Nomor ini sepertinya kukenal. Salah satu nomor telepon kantor! Siapa gerangan meneleponku malam-malam dari kantor?! Dengan setengah hati, kuangkat panggilan itu.

Haloo.....

Aku menyapa duluan, orang yang menghubungiku.

Tak ada jawaban.

Haloo.....

Sekali lagi aku menyapa orang yang meneleponku.

Masih tak ada jawaban.

Siapakah ini...????

Sejenak aku berpikir, telepon dari kantor? Bukannya kantor sudah tutup ya? Sore tadi ‘kan kantor sudah libur? Lalu, siapa yang menghubungiku barusan? Tak pelak, kudukku berdiri tanpa disuruh.

Apakah sebangsa makhluk halus masih berkeliaran selama ramadhan? Bukannya mereka dikerangkeng dan dibelenggu selama bulan suci ini???

***

Tahun ini menjadi ramadhan keduaku, sebagai seorang karyawan. Seorang pekerja baru, yang kadang masih belum bisa meninggalkan segenap idealisme semasa kuliah. Seorang pekerja yang “ikut orang”, dan kadang sampai berpikir “wooow” ketika mendapati segala macam realitas di dalam dunia kerja. Dunia kerja yang sebenarnya.

Ramadhan kedua, dimana aku masih berusaha menekuri takdir Allah. Takdir yang mana, aku (harus) menjalaninya dengan ikhlas. Anggap saja sekarang aku sedang ditempa, untuk memasuki dunia yang sebenarnya. Dunia yang sering tak bersahabat. Dunia yang hanya mengenal YA dan TIDAK. Dunia yang tak mengenal kompromi. Dunia yang mengharuskan segala keputusan diambil secepat mungkin. Seolah tak mengijinkan perdebatan yang berlarut-larut meracuninya.

Hmm.....

Lebih baik aku menikmati apa yang diberikan Allah sekarang. Selalu aku berusaha yakin, bahwa perusahaan yang kutempati sekarang, adalah tempat terbaik buatku saat ini. Entah sampai kapan aku bertahan di sini, wallahu ‘alam. Ataukah aku diperkenankan untuk memperoleh tempat yang baru? Aku tak tahu.

Alhamdulillah...... setidaknya aku sudah bisa mencari nafkah sendiri. Tak lagi merepotkan orang tua. Terutama dalam hal finansial. Bahkan, seperti hari raya Idul Fitri yang akan segera menghampiri. Aku bisa sedikit berbagi kebahagiaan dengan sepupu dan keponakan. Memberi mereka angpao atau “galak gampil” dalam bahasa Jawa, sungguh memberi ketentraman tersendiri bagiku. Ini akan kulakukan, sebagai salah satu bentuk syukurku pada Allah. Karena THR yang kudapatkan sungguh di luar dugaanku. Alhamdulillah.

Di sisa Ramadhan seperti ini, harusnya aku memperbanyak ibadah. Berusaha memperbaiki diri, demi mencari rahmat dan ampunan Tuhan. Namun, aku belum bisa memaksimalkan momen ini. Faktor duniawi masih menjalar pekat di jiwaku. Istilah menterengnya, tuntutan pekerjaan, membuatku tak punya banyak kesempatan untuk bisa “berduaan” dengan Ilahi.

Perusahaanku adalah perusahaan jasa. Lebaran merupakan salah satu momen dimana perusahaanku akan menyediakan layanan bagi segenap masyarakat yang melaksanakan perjalanan mudik. Jadi, kesibukan di perusahaanku bukannya malah menurun menjelang Idul Fitri. Melainkan malah semakin sibuk dan bertambah banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Kebetulan aku berada di posisi yang bagiku cukup strategis dalam pekerjaan-pekerjaan menjelang Lebaran seperti ini. Menyediakan nyaris seluruh material promosi, yang akan digunakan untuk melancarkan kegiatan layanan kepada pemudik di jalan raya.

Di sepuluh hari terakhir, aku bukannya khusyuk di masjid. Aku malah khusyuk di kantor, seraya menunggu kedatangan sejumlah barang dari segenap vendor. Barang-barang yang menjadi tanggung jawabku. Bila aku tidak mengontrolnya dengan baik, maka kegiatan layanan kepada pemudik bisa berantakan. Mungkin, hahahahaaaaa......

Aku sampai harus melewatkan ibadah tarawih berjamaah di masjid. Inginnya tarawih sendiri di kost. Tetapi sesampai di kost, ketika melihat kasur berikut bantal dan guling, raga ini seolah tertarik kesana. Seakan tubuh ini ingin segera direhatkan. Setelah seharian penuh diforsir demi kelancaran pekerjaan Lebaran yang menumpuk.

***

Ahh,,, aku mencelos pikiran burukku sendiri. Kututup saja telepon ini. Namun sebelum kututup, ada suara yang muncul dari gagang telepon seberang.

Haloo, Jo.....

Suara yang amat kukenal. Suara milik teman kerjaku, Ali.

Haahhh......

Lega. Bulu kudukku lemas seketika.

Ali, rupanya dia yang menghubungiku. Sedang apa dia di kantor malam-malam begini? Rupanya dia hendak mengambil kaos sisa kegiatan Lebaran. Memang, lemari penyimpan kaos sebagai salah satu material promosi, aku yang menyimpan. Karena sudah memasuki liburan Idul Fitri, maka kunci itu tak kutinggal di pos security. Melainkan kubawa pulang.

Ali hendak mengambil sisa kaos, untuk diberikannya kepada adik-adiknya. Tak masalah buatku. Toh, itu juga kaos-kaos sisa. Lebih baik memang dihabiskan. Daripada tak terpakai. Toh, semua juga sudah kebagian. Bahkan termasuk pak satpam dan office boy pun, juga turut kebagian kaos tersebut. Akhirnya, Ali mengambil kunci lemari penyimpan kaos, ke kost-ku. Untung aku belum mudik.

Hmmm..... terima kasih Al! Gara-gara teleponmu, aku jadi terbangun!

Ini masih dinihari. Alhamdulillah.... telanjur bangun, lebih baik aku berduaan dengan Allah. Aku ingat, sebelum tidur tadi, aku belum sempat sholat Isya. Sekarang, kulengkapi ibadah fardhu ini, dengan tarawih. Tarawih di malam-malam terakhir.

Sedihnya. Ramadhan yang mulia dan menentramkan ini, lagi-lagi harus meninggalkanku. Meninggalkanku dengan segenap harapan dan doa. Agar seusai Lebaran, aku bisa lebih baik. Agar aku bisa menjadi pribadi yang lebih teratur. Dan tak lupa, semoga Allah masih memperkenankan aku, dapat bertemu dengan Ramadhan selanjutnya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun