Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berjumpa Bubun Irene F. Mongkar

26 Oktober 2024   20:22 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kemungkinan akan berjumpa dengan Bubun, aku tahu sekitar akhir Agustus yang lalu. Iya, Agustus tahun ini; Agustus 2024. Jadi, di bulan Agustus lalu, kami diinformasikan bahwa Bubun akan datang ke kota kami, dan akan mengajar dan melatih kami. Dua kolegaku, Keren dan Sabar, sudah pernah berjumpa Bubun beberapa tahun yang lampau. Sehingga, perjumpaan kali ini, akan menjadi kali ke-2 bagi mereka berdua.

Bubun akan ada aktifitas lain; melakukan Finger Print Analysis di suatu tempat. Akan tetapi, selama 6 hari, beliau akan hadir bersama-sama kami. Dimulai Sabtu pagi, lalu dilanjut dari Senin minggu selanjutnya hingga hari Jumat. Hari Sabtu berikutnya, beliau akan pulang ke kotanya.

Nyasar

Pagi Sabtu, Bubun mengirimkan pesan menanyakan alamat tempat kami akan belajar. Aku menjawab. Diterima beliaulah alamat untuk menolong beliau memesan transportasi beliau ke lokasi. Lalu, pagi berjalan terus.

Menjelang pkl 09:00 pagi, kami menyadari bahwa kami tidak tahu di mana posisi Bubun.

Bubun nyasar! Hah?

Bubun nyasar sejauh 30 menit dari tempat beliau mengajar kami. Perjalanan mobil yang membawanya pagi ini menjauh karena ketidaktepatan lokasi. Berdasarkan jadwal belajar yang kami terima, semestinya, kami sudah berjumpa sekitar 08:45. Pkl 09:00 pagi itu, kami terjadwal mengikuti in-house training yang akan dipandu Bubun.

Akhirnya, berjumpa..

Sekitar pkl 09:30, kami mendengar suara parau yang memanggil dengan kuat. Kami bergegas menuju pagar depan, dan menyaksikan seorang perempuan mengenakan topi melangkah dengan gagah. Tidak terlihat kesal, jengkel dan frustasi. Pastilah beliau sangat kelelahan. Namun, antusias dan semangatnya menutupi hal-hal tersebut.

Aku menyambutnya di depan pintu dan menjabat hangat tangannya yang...berkeriput. Sudah tua, ternyata. Dari langkahnya, aku mengira umurnya tidak setua dengan keriput yang berjejak jelas pada permukaan tangannya.

Bubun Irene 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun