Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kisah Kupu-kupu Sepasang (3/3)

20 Juli 2023   23:05 Diperbarui: 20 Juli 2023   23:09 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepasang kupu-kupu dengan warna kekuningan di bagian sayap, terbang mendekati bunga-bunga  mawar yang sedang mekar. Aroma mawar-mawar berwarna merah itu, menebar wangi di udara.

Aroma manis ini sungguh menarik penciuman kupu-kupu. Dari jauh, terlihat kupu-kupu lain datang mendekat.

Angin yang berhembus lembut. Ranting-ranting mawar bergoyang lembut, karena angin juga hinggapan kupu-kupu.

Kupu-kupu terbang menjauhi mawar tersebut. Kemudian, mengelilingi lagi mawar-mawar tersebut.

Kupu-kupu itu bergerak lincah menjauhi anak perempuan tersebut. Dia pun mencoba mendekatinya.

Hati gembira itu ditingkahi senandung kecil dari anak itu. Langkahnya yang riang dan ceria terlihat ringan.

Kupu-kupu rapuh yang telah jauh dari pasangannya. Kupu-kupu rapuh yang sedang menikmati mawar. Kupu-kupu rapuh yang sedih.

Kepak yang awalnya lemah menjadi kuat dan cepat. Kupu-kupu tersebut terbang menjauh, meninggalkan sangkar.

***

Sepasang kupu-kupu dengan warna kekuningan di bagian sayap, terbang mendekati bunga-bunga  mawar yang sedang mekar. Aroma mawar-mawar berwarna merah itu, menebar wangi di udara.

Musim semi bukan hanya tentang kupu-kupu dan mawar. Musim semi juga tentang aroma manis menyenangkan di udara.

Mentari pagi yang mengusir pergi embun di dahan penuh duri mawar, menemani kabut yang datang.

Namun, mawar-mawar itu tetap ada. Matahari, datang dan pergi; mawar-mawar tetap ada di sana.

Pun rembulan yang datang di waktu setelahnya. Keindahan yang hanya bisa disaingi oleh mawar.

Semua puisi dengan malam dan rembulan, hanya untuk menceritakan keindahan mawar-mawar.

Keindahan yang adalah milik-Nya. Kupu-kupu, mawar, malam, rembulan yang diciptakannya untuk dinikmati.

Pada kesempatan untuk terus takjub pada alam sekitar.

***

Sepasang kupu-kupu dengan warna kekuningan di bagian sayap, terbang mendekati bunga-bunga  mawar yang sedang mekar. Aroma mawar-mawar berwarna merah itu, menebar wangi di udara.

...angin yang tadinya tidak berhembus, bertiup sangat kuat. Batang-batang tanaman mawar bergerak dan berbenturan satu dengan lain.

Apa mungkin kupu-kupu manyapa lebah yang murung tersebut?

Angin lembut yang bergerak tenang tersebut menggerakkan kepak kupu-kupu tersebut. Seolah bertanya, bagaimanakah hasil diskusi kupu-kupu tersebut.

Kupu-kupu terbang rendah, mendekati bunga-bunga yang sedang mekar. Apakah lebah akan mendekat?

Taman yang penuh bunga warna-warni, dengan aroma manis memenuhi udara, menjadi tempat pertemuan tersebut.

Perbincangan akrab seperti teman lama yang bertemu kembali, setelah berpisah bertahun-tahun.

Taman bunga dipenuhi cahaya matahari sore. Langit jingga di cakrawala barat. Mawar-mawar tetap tinggal, membiarkan diri untuk terus dinikmati.

***

Note:

Bagian awal dari puisi-puisi berikut adalah penggalan yang berada di kotak pertama dari 16 kotak. Setiap bagian puisi ini terdiri dari tulisan 2 orang yang berbeda. Bagian-bagian kotak ganjil untuk menggenapi bagian yang lain, sehingga puisi-puisi ini seperti melompat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun