Cinta itu pelik. Karena melibatkan rasa dan logika.
Pernahkah kau rasakan logika membantahmu dengan hebat?
Kau menyukai seseorang dalam waktu yang panjang, sedang dia menoleh padamu pun  tidak.
Cinta itu rumit. Karena melibatkan keindahan dan kelembutan.
Pernahkah kau rasakan jantungmu berdebar melampaui kebiasaan?
Kau menyukai seseorang yang tak bisa kau jauhi.
Cinta itu pelik. Karena melibatkan rasa dan logika.
Pernahkah kau rasakan logika membantahmu dengan hebat?
Kau memendam perasaan pada  seseorang karena kau kira kau sanggup melihatnya bahagia tanpa bersamamu.
Cinta itu rumit. Karena melibatkan keindahan dan kelembutan.
Pernahkah kau rasakan jantungmu berdebar melampaui kebiasaan?
Senyumnya, mengembangkan hatimu bersamaan membentuk lengkung pelangi terbalik pada bibirmu.
Cinta itu...
Bisa sesederhana menatap mata seseorang dan terpana karenanya.
Bisa sesederhana menggenggam tangan seseorang dan tertegun karenanya.
Bisa sesederhana melihat senyum terbentuk perlahan di mata seseorang dan terpukau karenanya.
Bisa sesederhana menyaksikan tulang pipi bergerak naik meraih penglihatan dan menetap di sana.
Bisa sesederhana itu.
Namun, dalam kesederhanaan yang mulai menghilang dan memudar,
aku sungguh ingin menggenggam tanganmu.
Cinta yang seperti itu.
Menggenggam tanganmu. Selalu.
Cinta yang seperti itu.
Berada di pihakmu. Selalu.
Cinta yang seperti itu.
.
.
***
Catatan dari kotaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H