Bumi terus berjalan.
Ketika penemuan-penemuan baru muncul.
Ketika ilmuwan-ilmuwan bangun dari masa kanak-kanak mereka.
Bumi terus bergerak
Ketika seorang anak berlatih menggerakkan alis,
Sementara di tempat lain, seorang bayi menemani ibu dan 2 kakaknya di dekat lampu merah salah satu sudut mengemis empati dan simpati.
Bumi terus berjalan.
Pagi datang, kemudian siang menjelang.
Kuncup bunga-bunga bermekaran.
Sore hari tiba dengan cakrawala Barat yang gemilang.
Bumi terus bergerak.
Sekalipun telah 2 tahun emak terbaring karena stroke.
Dan, kenangan tentang perasaanku padamu tertinggal lekat di ingatan.
Bumi terus bergerak.
Entah baik keadaan kita, entah baik keadaan sekeliling kita.
Entah tak baik keadaan kita, dan sekeliling kita sedang tersenyum bahagia sekaligus tertawa meriah merayakan keberhasilan mereka.
Bumi masih terus bergerak.
Setelah 31 bulan berjuang menahan sakit, berdoa putus asa memohon sembuh dan menanggung lemah tubuh, emak berpulang.
Dan, duka membayang seperti mendung tak beranjak pergi.
Tahukah kau, bumi masih terus bergerak, walaupun perih di hati tak kunjung reda?
Tahukah kau, bumi masih terus bergerak, juga isak di sudut mata?
Tahukah kau, semua tetap bergerak, sekalipun harimu terhenti di hari emak berpulang?
Tahukah kau?
Tahukah kau, segala sesuatunya terus bergerak menuju garis akhir?
Tahukah kau, segala sesuatunya kembali ke tempat seharusnya berada?
Tahukah kau?
***
Catatan dari kotaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H