Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sesaat Ketika Hari Berganti

2 November 2022   22:47 Diperbarui: 2 November 2022   23:03 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sunyi turun dengan lantang di suatu malam yang tak berangin.
Bintang berkumpul di tempat-tempat tertentu.
Sinar bulan menerobos masuk.
Jam dinding berdetak.

Semakin malam, detaknya makin terdengar.
Jarum detik dan menit bergerak dalam alurnya sendiri.
Ada yang tak biasa dengan interaksi mereka.

Detik mengejar menit, mendekatinya dengan berjinjit.
Perlahan makin dekat, sehingga bisa menyentuh pundaknya.
Hanya sesaat lagi akan berhadap-hadapan,
Hanya sesaat lagi... Namun, menit menyaksikan detik menjauh.
Makin jauh seolah sedang bermusuhan.

Lalu, terjadilah hal misterius itu.
Hal yang hanya terjadi sekali dalam dua-puluh-empat jam.
Hal yang hanya terjadi sekali dalam seribu-empat-ratus-empat puluh menit.
Hal yang hanya terjadi sekali dalam delapan-puluh-enam-ribu-empat-ratus detik.
Sunyi yang tak biasa, hadir.

Hanya sesaat lamanya jam 24 berganti jadi jam 00.
Hanya sesaat lamanya. Hanya sesaat.
Bumi seolah menahan nafas...
..menuju pergantian hari
.
***
Catatan dari kotaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun