Ada banyak orang yang punya impian setinggi langit,
tanpa memiliki langit dan sayap untuk terbang.
Ada banyak orang yang punya impian diantara bintang gemintang,
tanpa menyadari kegelapan yang menjadi latar malam dan tempat terlihatnya kerlap-kerlip.
Ada banyak orang yang punya impian.
Namun, ada juga yang tidak tahu apakah itu sebenarnya impian.
Ada banyak orang yang mengira memiliki impian
Namun, mematutkan diri pada mimpi yang bukan millik diri sendiri.
Mengapa? Apa sebabnya?
Mungkinkah..
..karena tidak ada pada percakapan-percakapan awal di awal-awal masa.
..karena beban hidup menekan impian.
..karena keterbatasan membatasi.
..karena kemudahan melonggarkan apapun.
..karena impian-impian teman sebaya lebih menarik.
..karena terjal dan sulitnya jalan menuju impian diri.
..karena kemiskinan menghimpit imajinasi.
..karena... apa itu bermimpi?
..karena kesulitan mengintimidasi masa depan.
..karena impian-impian orangtua lebih penting.
..karena impian anak adalah masa depan orangtua.
Atau, mungkinkah karena tidak tahu betapa bebasnya kebebasan yang dibawa impian dalam hidup!
Diantara mimpi-mimpi itu ada yang belum dirajut,
Belajarlah bermimpi. Milikilah mimpi!
Sehingga mimpimu, membangunkanmu.
Dan, mendorongmu terbang lebih tinggi, pergi lebih jauh, berjuang lebih kuat.
Serta menjadikanmu pribadi tangguh dan tabah.
Epilog:
Aku ingin belajar merajut mimpi.
Yang berkelindan akrab dengan cinta dan kesukaan.
Yang terjalin karib dengan semangat dan gembira.
Mimpi-mimpi yang datang dan tidak mengenal batas apapun.
Sehingga, kelak aku tahu bahwa bermimpi pun adalah kemewahan yang istimewa.
***
Catatan dari kotaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H