Masih dalam perjalanan House on Wheels season 3 menjelang akhir musim gugur. Hamparan warna hijau, kuning dan hijau kekuningan terlihat sejauh mata memandang.Â
Cuaca dingan dengan matahari memancarkan cahaya hangat. Hamparan tumbuhan teh yang melandai dari pegunungan menuju dataran rendah, pantulan cahaya di atas permukaan pepohonan, sayur-mayur dan tumbuhan hijau lainnya; dan bentang biru laut di balik pegunungan seperti lukisan yang dilukis dengan warna-warni permenan yang cemerlang.Â
Juga, pelukan hangat Gong Myung yang selalu mendebarkan dan menenangkan. Sambutannya yang manis dan tawanya yang renyah selalu memihak pada setiap tamunya. Keceriaannya terus ada mulai perjalanan dimulai, makan malam, sedang memasak dan di segala cuaca dan hawa; juga pada semua tamu.Â
Jejak musim gugur telihat pada pohon-pohon di tepi jalan raya yang kering dan tak memilliki dedaunan. Tumbuh tegak dengan ranting-ranting menghadap ke langit, seperti penjaga musim yang menantikan pergantian tugas jaga. Dan, cahaya matahari yang cahayanya menembus hutan-hutan musim gugur yang dipenuhi pohon pinus dan sipres dengan warna-warni musim gugur dengan sapuan gradasi warna kuning, orens, coklat dan kemerahan.Â
Dari permukaan tinggi daratan, terlihat persawahan dan ladang penuh dengan warna kuning, permukaan laut, bukit-bukit yang berhadapan-hadapan dengan selimut hijau tua, langit biru dengan awan-awan berkejar-kejaran. Bentang alam seperti  ini memang selalu menjadi pilihan dan kesukaan. Entah mengapa, bisa memunculkan perasaan gemar dan hangat dari dari hati.
Memetik jamur musim gugur  yang bisa dijadikan camilan, mencicipi buah murbei merah yang tumbuh di sepanjang jalan agak menanjak menuju lokasi kereta monorel. Menuruni pegunungan menggunakan monorel sambil menyentuh pepohonan yang dekat rel monorel. Dan, melihat rumput muhly merah muda. Merah muda diantara hijau yang diperciki cahaya sore membuat udara terasa hangat sekalipun akhir musim gugur memberikan semburat dingin di tepi-tepinya. Termasuk juga ketika melihat bayangan pepohonan, rumah beroda, tenda yang memanjang disinari matahari sore.  Â
Menikmati jalan-jalan ringan menuju hutan cemara di depan rumah setelah makan malam. Dan, ikut takjub menyaksikan begitu banyaknya bintang terlihat dengan jelas di langit malam berwarna biru gelap.Â
Lalu, terdengar suara air mengalir dari sungai yang berada di tepi hutan. Ketika pagi datang, hutannya menguning dengan sinar matahari yang memancar cemerlang. Berjalan pagi menuju hutan yang disiram cahaya kuning sambil menatap cahaya matahari yang menyinari Bumi dengan baris-baris cahaya yang menembus dedaunan.
Kemudian, mobil beroda dibawa dari pinggir gunung dan dihentikan di depan Laut Namhae. Pemandangan putih kebiruan permukaan laut yang diciprati cahaya matahari menjelang siang menambah lapar.
Perjalanan menuju tepi laut melewati barisan hutan memanjang dengan jenis pepohonan berbeda. Ukuran dan warna; ketinggian dan bentuk; membentuk harmoni hutan.Â
Ribuan pepohonan yang warna dedaunannya mengikuti musim. Barisan warna kemerahan, jingga, kuning dan kehijauan menambak semarak udara yang masih meninggalkan jejak dingin di atas permukaan tanah.Â