Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kopitiam, Pulau Penyengat dan Gurindam 12 - sicaper 1

28 Desember 2021   00:01 Diperbarui: 28 Desember 2021   00:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sejatinya, kedai kopi bukan hal baru di kehidupan masyarakat kita. Terutama sekali daerah-daerah di pesisir pantai. Banyak dari pantai di negeri ini, memiliki puluhan warung kopi di pesisirnya. 

Kopitiam adalah kedai kopi yang terdengar karib di daerah pasar di banyak wilayah pesisir pantai negeri ini. Terutama tepi pantai kota pulau. Hikayatnya dulu, kopitiam adalah tempat para saudagar dan pelaut bertemu untuk berbicang sambil sarapan dan menikmati kopi lokal. 

Di Batam dan Bintan, penggunaan kata kopitiam adalah untuk kedai kopi yang memang banyak di sana. Dan, banyak kopitiam yang menawarkan jenis makanan berbahan dasar mie selain makanan untuk sarapan dan kopi. 


Beberapa tahun lalu...

Suatu kali, beberapa tahun yang lalu, aku menerima tawaran untuk ikut jalan-jalan ke Tanjung Pinang, Bintan. Dibandingkan Tanjung Pinang, aku lebih mengenal Lobam. Lobam adalah salah satu kota pelabuhan pulau Bintan yang sering aku singgahi. Seorang karib bekerja dan menetap di sana. Jika ada libur dan luang, aku mengusahakan mampir dan menghabiskan 2-4 hari di sana. Jauhnya, hanya berjarak 15 menit menggunakan speedboat  dari pelabuhan Punggur ke pelabuhan Lobam. Jadi, ketika diajak ke Tanjung Pinang, aku mengiyakan dengan gegap gempita. Selera berkelana memang sulit ditahan, hehehehe.. Mungkin nanti-nanti, akan ada catatan tentang perjalanan ke Lobam. 

Rencana awalnya adalah kami akan menyebrang ke pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang dari pelabuhan penyebrangan Telaga Punggur, Batam menggunakan kapal ferry. Lalu menikmati jalan-jalan di tepi pantai Tanjung Pinang, lalu kembali ke Punggur beberapa jam kemudian dengan ferry jam 3 sore. Batam dan Bintan adalah 2 pulau yang jaraknya berdekatan dalam gugusan pulau-pulau pada kepulauan Riau, kala itu. Kepulauan Riau masih bagian provinsi Riau. Kini, kepulauan Riau telah berdiri menjadi provinsi. 


Tanjung Pinang
Setelah menempuh perjalanan 1 jam menggunakan kapal ferry, kami tiba di Tanjung Pinang.  Kota Tanjung Pinang adalah salah satu kota pelabuhan yang memiliki beberapa kantor pemerintahan yang bisa dilihat dari pelabuhan. Jalan rayanya berada di sisi pantai. Jalan raya berada di tanah yang lebih tinggi yang membentuk tembok terhadap laut.  Dari trotoar yang di sisi laut bisa melihat bentang laut secara bebas. Ketika menyusuri jalan, seseorang mengusulkan agar kami sekalian mampir ke pulau Penyengat. Maka, kami memutuskan mampir ke kedai kopi untuk sarapan. 

Tak jauh dari pelabuhan ada pasar kecil, yang sisi-sisi jalannya dipenuhi kopitiam. Ukuran kopitiam-kopitiam tersebut, tidaklah besar. Ada yang hanya muat 4-5 meja dengan 3-4 kursi di sekelilingnya. Kedai kopi ini yang menawarkan sarapan lokal dan kopi tubruk. Ada kopitiam yang menyajikan kopinya dengan gelas bening ukuran sedang., ada juga dengan cangkir keramik bergambar klasik di bagian luarnya.   

Setelah sarapan, kami menuju dermaga lebih kecil. Di ujung dermaga terlihat perahu-perahu berukuran kecil dan sedang sedang sandar. Setelah menanyakan berapa ongkos ke pulau Penyengat, kami pun berangkat. Bapak yang mengantar kami ke Penyengat bersedia menunggu kami menjelajah pulau Penyengat supaya bisa mengantarkan kembali ke pelabuhan Sri Bintan Pura. Tawarannya, kami terima..


Pulau Penyengat
Kami tiba di pulau Penyengat dengan langit semakin kelabu dan dingin mulai merayap di kulit. Tak jauh dari pelabuhan, ada sebuah masjid. Dari kejauhan warna kuning sangat mendominasi. Dari cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi bahwa pada saat pembangunannya, alat perekat bahan-bahan pembuat masjid adalah kuning telor. 

Pulau Penyengat adalah pulau kecil dengan penduduk yang menggantungkan hidup dengan bekerja sebagai nelayan dan pengantar wisatawan dari Sri Bintan Pura ke pulau Penyengat. Kami disambut hangat oleh warga yang tinggal di sekitar masjid. Setelah melihat-lihat masjid, kami melanjutkan perjalanan. Kami menyusuri jalan-jalan yang bersisian dengan laut. Kami menikmati pemandangan laut, menatap pulau Bintan dari perbukitan di pulau Penyengat, mengunjungi sebuah rumah tradisional berukuran besar di pinggir sebuah dermaga kecil yang sudah tidak digunakan lagi. 

Rumah tradisional tersebut terbuat dari kayu dengan bagian bawah rumah yang bisa dimasuki selayaknya rumah panggung. Di bagian bawah rumah panggung tersebut aku melihat Gurindam 12.  Puisi Melayu itu ada di sana. Takjub, rasa hati, ketika menyadari melihat isi dari gurindam 12 di pulau Penyengat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun