Seringkali kita terlalu lama melihat hidup dan kehidupan orang lain tanpa sempat menghidupi kehidupan sendiri dengan baik. Kurang lebih itulah kesan pertama yang aku tangkap ketika menonton 2 episode awal dari drama Oh My Baby.Â
Drama yang rillis tahun 2020 terdiri dari 16 episode dengan durasi setiap episodenya 60-65 menit adalah drama bergenre romantis dengan level lembut.
***Â
Jang Ha Ri (Jang Na Ra), seorang pengarah gaya pemotretan bayi dan anak-anak sebuah majalah bayi The Baby selama 15 tahun, sangat suka pada anak-anak dan memutuskan ingin memiliki anak berkenaan interksinya yang intens dengan anak-anak.Â
Ha Ri, lajang berusia 39 tahun dengan Endrometriosis, sehingga kemungkinan hamil kurang dari 7%. Ditambah subfertil yang artinya butuh waktu yang lama bagi Ha Ri untuk hamil. Fakta bahwa Ha Ri tidak memiliki suami maupun calon suami makin mempersulit keinginan Ha Ri memiliki anak yang dikandungnya sendiri. Maka Ha Ri memutuskan kemungkinan mencari pendonor sprema demi rencananya memiliki anak tanpa menikah.Â
Yoon Jae Young (Park Byung Eun), seorang dokter anak yang ditinggalkan istrinya. Karena persahabatan mamanya dan mama Ha Ri, Jae Young dan anak perempuannya tinggal di rumah bersama mama Ha Ri. Selama berbulan-bulan penyesuaian diri sebagai ayah tunggal, Jae Young memutuskan cuti dari pekerjaannya. Sampai akhirnya Jae Young berani meninggalkan anaknya di tempat penitipan, barulah Jae Young memutuskan bekerja kembali.Â
Han I Sang (Go Joon), setelah 17 tahun pacaran dengan In Ah, akhirnya putus. I Sang adalah fotografer lepas yang sesekali membantu di kantor Ha Ri. Makin kenal Ha Ri, makin I Sang mulai menyukai Ha Ri.Â
Choi Kang Eu-Ddeum adalah pegawai termuda di kantor majalah tempat Ha Ri bekerja. Kang Eu-Ddeum adalah salah satu kandidat pendonor sperma pilihan Ha Ri berdasarkan bibit, bebet dan bobot. Hidiiih. Apa, seeh?
Jika Aku Menjadi Seorang Ibu....
Cukupkah naluri keibuan membuat seseorang menjadi ibu? Ataukah sertifikasi ibu bisa membuat seseorang menjadi ibu?Â
Mengapa memiliki anak hanya etis bagi pasangan yang menikah? Bagaimana dengan lajang? Apakah wanita lajang tidak etis ketika memutuskan hamil dan memiliki anak?Â
Di Korea, wanita lajang tidak bisa menerima sembarang sperma. Terutama sekali karena sumbangan sprema yang sangat sedikit. Apakah di Indonesia, ada wanita lajang pernah memikirkan hal ini, menerima sperma untuk memiliki anak tanpa harus menikah?Â