Apakah jika aku bukan temanmu, maka kau tidak melihatku?
Apakah jika aku bukan kawanmu, maka kau tidak memandangku?
Apakah jika aku bukan sahabatmu, maka kau tidak menegurku?
Tidakkah orangtuamu mengajarkan kepadamu tentang keramahan dan sopan santun?
Apakah jika aku bukan karibmu, maka kau tidak akan menawarkan persahabatan padaku?
Apakah jika aku bukan sobatmu, maka kau tidak akan tersenyum padaku?
Apakah jika aku bukan siapa-siapamu dan bukan apa-apamu, maka kau tidak berbicara padaku?
Tidakkah guru-gurumu mengajarkan kepadamu bagaimana menghargai orang lain?
Omong kosong tentang berbuat baik, yang sudah kau ketahui.
Omong kosong tentang budaya kita yang identik dengan luwes, supel dan ramah.
Omong kosong tentang menghargai sesama, hal yang kau ingin orang lain melakukan padamu.
Aku ada di situ.. Aku beda.
Mengapa kau menganggapku tidak ada?
Apakah kau bangga telah melakukannya?
Ataukah kau merasa hebat karena melakukannya?
Â
Lalu, jika hidup kita ada di masa yang sama, di bawah langit dan matahari yang sama, untuk apa juga aku harus mengenalmu. Haruskah aku mengenalmu? Untuk apa aku mengenalmu? Bertemankah, kita? Bersaudarakah, kita?
Mengapa aku harus repot melakukannya?
Mengapa aku harus menatap matamu, memandangmu dan menyadari keberadaanmu ada senyata-nyatanya?
Toh, kau tidak menganggapku ada.
- RS
catatan dari kotaku, Februari 2019