Mohon tunggu...
Santoso Jaeri
Santoso Jaeri Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang pendidik, clinician juga peneliti yang kadang suka menulis tentang apa saja....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Asuransi dan Mentalitas

15 Maret 2012   04:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:02 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senang rasanya mendengar bahwa Indonesia sebentar lagi akan menerapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional atau sering dikenal dengan SJSN yang berarti nantinya segala pembiayaan kesehatan meliputi biaya periksa, berobat akan dihandle oleh yang namanya asuransi. Sehingga Masyarakat yang notabene digolongkan "miskin" juga dapat mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa khawatir dengan biaya karena ada asuransi sosial yang menanganinya. Ini merupakan kemajuan dan patut diacungi jempol, tetapi melihat situasi bangsa ini yakinkah SJSN akan berjalan?

Sebagai ilustrasi, apabila asuransi yang digunakan mengharuskan masyarakat untuk membayar premi katakanlah tahunan. Apakah mereka mau untuk membayarkan itu? Terlepas dari urusan birokrasi yang notabene "njlimet", saya pribadi akan menjadi pesimis untuk menjawab "Ya" kalau tidak diiringi dengan penyadaran masyarakat akan asuransi, karena masyarakat kita belum banyak yang berpikir bahwa "sisihkan uang untuk investasi biaya kesehatan" itu sangat bermanfaat, kebanyakan mereka masih berpikir "Ooooo hari ini saya makan ini, besok mau makan ini, saya harus beli ini dan itu". Dengan kata lain kebanyakan masyarakat kita masih berjiwa "konsumtif" sementara hanya sedikit yang berjiwa "wirausaha". Kita berlomba-lomba untuk membeli sepeda motor, televisi atau apalah tetapi kita selalu lupa akan menginvestasikan sedikit uang kita untuk asuransi. Sekedar usul saja, hal ini patut menjadi sorotan kita sebelum menjalankan SJSN, kita juga harus mengubah pandangan dari "konsumtif" menjadi "enterpreneur" supaya masyarakat sadar bahwa Asuransi merupakan investasi untuk kesehatan.

Memang kelihatannya asuransi itu "merugikan" karena pembayaran premi dilakukan rutin, sementara fasilitas kadang tidak kita dapatkan dikarenakan kita tidak mendapatkan "sakit", dan muncullah pertanyaan yang menggelitik "uang yang dibayarkan lari kemana?" Nah pandangan-pandangan seperti ini ternyata masih banyak beredar di Negara kita. Dalam hal ini mungkin saya akan berpikir sederhana ketika saya akan ikut dalam asuransi supaya tidak merasakan "rugi".

Pertama, jelas kepercayaan akan asuransi harus tertanam dalam jiwa kita, karena tanpa adanya rasa itu kita tidak bisa secara totalitas mengikutinya, dan yang terakhir, berpikirlah bahwa uang yang kita bayarkan untuk premi asuransi itu sebagai "menyumbang" atau arisan ketidakberuntungan, atau bisa juga uang premi itu dianggap sebagai uang sial yang harus dibuang dan jangan dipikirkan lagi setelah membayarnya dan jangan berharap untuk mendapatkannya karena kalau kita mengharapkan uang kita kembali itu sama saja mengharapkan kita jatuh sakit, walaupun ada yang mengatakan bahwa sakit juga merupakan nikmat.

So sebagai menurut hemat saya, sebelum menerapkan SJSN haruslah berpikir terlebih dahulu bagaimana mengubah mentalitas bangsa, supaya muncul kesadaran untuk meng"investasi" kan secuil dari hartanya untuk arisan ketidakberuntungan. (120315/SJ)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun