Mohon tunggu...
Nety Rusi
Nety Rusi Mohon Tunggu... Freelancer - Cinta Indonesia

Love Indonesia and You

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia Menuju Cahaya, Soal Rasa dan Optimisme

13 Desember 2018   21:30 Diperbarui: 13 Desember 2018   21:58 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca buku ini membuat saya semakin yakin bahwa Indonesia, dibawah kepemimpinan beliau, ada pada arah yang benar. Kereta sedang melaju di rel yang benar menuju Indonesia yang benar-benar maju.

Segala buku teori pembangunan yang pernah saya baca jaman saya sekolah formal dan informal, inilah prakteknya. Infrastruktur sebagai fondasi utama pembangunan, dikebut Presiden Joko Widodo. Bukan hanya soal efisiensi, tapi juga soal keadilan sosial. Bahwa wilayah-wilayah terdepan, terpencil dan terluar perlu mendapat perhatian, tak boleh lagi dianaktirikan. Tak hanya jalan, tapi juga infrastruktur kelistrikan jadi fokus pemerintah. Di Papua, setelah puluhan tahun gelap, kini warga Papua dan juga wilayah-wilayah lainnya bisa menikmati terang. Terbukti pertumbuhan ekonomi Papua dibawah kepemimpinan Pak Jokowi meningkat pesat. Belum sempurna ? wajar, ini soal sengkarut puluhan tahun. Mengutip kata seseorang : negeri ini sedang berproses, dan kamu jangan cuma bisa protes.

Jauh lebih kedalam membaca biografi ini, saya semakin yakin bahwa cita-cita anak Indonesia untuk menjadi Presiden, bukan hanya sekedar khayalan. Jika Pak Jokowi yang bukan anak raja, bukan bangsawan politik, dan bukan konglomerat bisa menjadi Presiden, sudah tentu mimpi ini juga bisa diraih oleh anak-anak rakyat Indonesia lainnya. Semua bisa jadi Presiden.

Terakhir, membaca buku ini lagi seperti berkaca. Ada sederhana yang bukan sekedar jargon. Ada kasih sayang keluarga yang bukan sekedar orasi. Ada anak-anak yang dibiarkan tumbuh apa adanya, mengenyam pahit getir bisnis UKM (baca markobar dan sang pisang), tanpa cawe-cawe proyek-proyek andalkan nama sang Ayah. Lalu ada Jan Ethes, yang, walaupun mbah Jokowi sibuk luar biasa, tetap bisa merasakan quality time kakek-cucu.

Ini soal rasa. Bagaimana mungkin pemimpin bisa merasakan yang dirasakan rakyatnya, kalau dalam kesehariannya sudah sangat berbeda. Sederhana itu bukan jargon. Bela rakyat bukan selesai di orasi.

Terima kasih untuk Mbak Alberthiene Endah sudah menuliskan soal Pak Jokowi dengan indah. Seperti yang sudah-sudah, kami (selalu) hanyut dalam tulisan-tulisanmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun