Mohon tunggu...
nety tarigan
nety tarigan Mohon Tunggu... Konsultan - Perempuan AntiKorupsi

Bekerja dengan masyarakat khususnya anak dan perempuan untuk mendorong mendapatkan keadilan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semakin Tertinggal Suku Dayak "Punan Dalam", Kabupaten Bulungan

28 April 2014   14:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan tehnologi terus melaju, demikian juga dengan Indonesia. Perkembangan tehnologi tersebut di adopsi dan dimanfaatkan oleh penduduk guna menunjang pertumbuhan percepatan kehidupan agar lebih praktis dan lebih cepat.

Akan tetapi tidak demikian dengan Suku Dayak yang bernama suku dayak Punan Dalam yang tinggal di Hutan Konservasi Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Suku Dayak Punan merupakan salah satu suku dayak asli di Kabupaten Bulungan, adapun suku dayak asli Kabupaten Bulungan adalah Tidung,  Punan, Keya dan Khayan.

Suku Dayak Punan sebenarnya tidak sepenuhnya merupakan Dayak Punan Dalam, karena ada juga Dayak Punan Luar yang sudah memanfaatkan tehnologi yang baru seperti kompor dan lainnya selain itu Dayak Punan Luar sudah dapat menata hidup dengan menerima agama dan menata silsilah dengan membangun kesultanan yaitu kesultanan Bulungan. Sedangkan Suku Dayak Punan Dalam masih dalam tatanan kehidupannya masih tinggal berpindah-pindah dan hidup didalam gua batu diseputar hutan Konservasi Kabupaten Bulungan.

Suku Dayak Punan Dalam sama sekali tidak mau menerima perubahan tehnologi. Mereka bertahan hidup dengan mengunakan bahan makanan dari hutan seperti dari akar rotan/rebung bambu. Busana mereka juga belum mengunakan pakaian semestinya kehidupan penduduk saat ini. Mereka lebih terbuka hanya saja untuk hawat nya saja mereka tutup dengan bahan dari kulit binatang.

Untuk menjaga kesehatan, suku dayak punan dalam memiliki kepercayaan sendiri. Menurut bapak Ginting yang tinggal di Kabupaten Bulungan menyatakan bahwa suku dalam punan dalam jika mendapati keluarganya bersin-bersin atau terlihat sakit maka akan diusir dari kelompok mereka karena dianggap Malapetaka. Mereka tidak mengunakan medis atau obat-obatan untuk menyembuhkan sehingga menurut Bapak Ginting mereka bisa hidup hanyalah berdasarkan dari "seleksi alam".

Selain itu Bapak Ginting juga bercerita bahwa ketika beliau membantu salah satu media TV mengambil berita terkait Suku Dayak Punan Dalam, kira-kira ada 100 tumpukan batu disekitaran hutan tersebut. Tumpukan batu merupakan kuburan dari suku dayak punan dalam jika ada keluarga yang meninggal, dan anehnya tumpukan batu yang disusun tersebut tidak meninggalkan bau walau masih ada celah dari tumpukan batu tersebut.

Untuk melanjutkan kehidupan, suku dayak punan dalam melakukan pernikahan dengan sesama suku dayak punan dalam juga atau lebih dikenal dengan perkawinan dengan sudara. Setelah menikah anak perempuan tersebut mengikuti keluarga laki-laki. Karena mereka tinggal di gua batu, untuk 1 gua batu tinggal 1 kelompok  kira-kira 15 jiwa.

Mengingat Suku Dayak Punan Dalam tinggal didalam pedalaman hutan dan berpindah-pindah sehingga sulit untuk kita temui, selain itu infratruktur yang berat untuk menjangkau mereka memperparah untuk dapat menemui Suku Dayak Punan ini. Sehingga untuk intervensi kesehatan , edukasi kesehatan, pendidikan dan lainnya menjadi sulit. Itulah yang menyebabkan semakin tertinggalnya Suku Dayak Punan Dalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun