Mohon tunggu...
nety tarigan
nety tarigan Mohon Tunggu... Konsultan - Perempuan AntiKorupsi

Bekerja dengan masyarakat khususnya anak dan perempuan untuk mendorong mendapatkan keadilan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karma itu Belum Berakhir

16 Oktober 2023   08:00 Diperbarui: 16 Oktober 2023   08:57 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Creek.. creekkk..” suara kursi goyang tua yang sedang dimainkan seorang wanita tua berpakaian dengan daster batik berwarna coklat tua di ruang tamu yang besar. Matanya menatap tivi flat yang sedang menayangkan wayang siaran TV lokal. sesekali ibu tua yang rambutnya putih menarik napas dan menatap ke langit-langit seolah berpikir keras. 

“Creek..crekkk” kursi goyang itu terus digoyang nya dengan harapan dapat memberikan ketenangan hati.. 

tiba-tiba.. “Mbah..aku datang..” suara khas yang dikenalnya memanggil dari luar rumah; sentak ibu tua tersebut bangun dari kursi goyangnya dan menghampiri pintu depan sambil berkata “loh kamu.. lagi tugas nak?” Tanyanya. “Iya Mbah .. jawab anaknya” sambil salim.. “Mbah.. lapar .” Kata anaknya kepada ibu yanh telah melahirkan dia saat band Kahitna lahir itu.

Mbah yang dikenal Dilingkungan rumahnya sebutan ibu sutin langsung saja ke meja makan dan menyiapkan makanan anak laki-laki kebanggaannya itu. “Hayoo makan nak, ini ibu sudah siapkan jangan, tempe dan ayam goreng kesukaan kamu”.. “asik… matur nuwun sanget bu..” jawab anaknya dengan gembira.. dengan cepat anaknya yang berpakaian kemeja  putih dan celana biru ketat itu mengambil piring dan nasi lauk untuk disantap.

Ibu sutin, mengangkat suaranya yang lembut membuka percakapan dimeja makan, “nak, apakabar Riris dan Putro?” Sehatkan mereka ? Katanya; “sehat, Mbah ..” jawab anaknya yang lahap memakan makanan ibu kesayangannya. 

“Kemarin, Riris telpon ibu.. katanya kamu selingkuh; kenapa nak? Jangan kamu ulangi apa yang dilakukan bapakmu, nak.. cukup ibu saja yang menanggung sakit ketika bapak kamu dengan perempuan lain.. bahkan kamu tahu bapakmu meninggal diperlukan perempuan lain” kata ibu yang berumur 73 tahun itu..

Sontak anak lakinya kaget dan berhenti makan “Mbah.. jangan ikut campur urusan rumah tanggaku; Mbah tidak tahu kan sebenarnya Riris yang selingkuh dengan rekan kerjanya; aku yang lihat bukti pembayaran hotel dia dengan laki lain” tiba-tiba, anak laki dengan sepatu Nike itu berdiri dan mengambil tasnya dan pamit “saya pergi”

Ibu sutin berseru “nak..; baiklah hati - hati dijalan” katanya dengan suara lemah dan membela napas; seolah tidak bisa melawan keras sifat anaknya. Rasa kecewa dirasa oleh ibu sutin. Sambil membereskan meja makan ibu Sutin terus menghela napas. Tiba-tiba kepalanya pusing kembali dan dadanya seperti ditekan, dengan jalan terseok, ibu sutin mencoba mengapai kursi goyang itu.. 

“Creekk.. creekkk.. suara kursi goyang itu kembali; sambil menggoyangkan kursi ahar tenang kembali Ibu sutin melipat tangannya lalu berdoa ..”ampunilah saya dan suami saya .. Jamu tahu ya Tuhan apa yang saya inginkan.. sudah olah karma ini.. agar sejahtera dan damailah kehidupan keluarga anak kami”.. amin.. dibuka matanya yang basah.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun