Mohon tunggu...
nety tarigan
nety tarigan Mohon Tunggu... Konsultan - Perempuan AntiKorupsi

Bekerja dengan masyarakat khususnya anak dan perempuan untuk mendorong mendapatkan keadilan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Anti Korupsi Sedunia: Optimis dan Pesimis

9 Desember 2022   05:13 Diperbarui: 9 Desember 2022   05:17 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap tanggal 9 Desember seluruh dunia akan merayakan hari Anti-Korupsi. Biasanya pada tanggal tersebut ada slogan bersama yang dicanangkan oleh negara-negara untuk memberantas dan mencegah korupsi secara collective action untuk melindungi hak asasi manusia dan menjamin terjadinya pembangunan tanpa korupsi. 

Di Indonesia sendiri perayaan  hari Anti-Korupsi sedunia pada tahun ini merupakan perayaan campur aduk rasanya,  pesimis dan optimisme menjadi satu melihat perkembangan penegak hukum dari KPK, Kepolisian dan Kejaksaan sampai Pengadilan. Kenapa tidak, sejak perubahan Undang-undang KPK tahun lalu dan perubahan status kelembagaan KPK menjadi ASN, seperti membawa perspektif kita kepada hal-hal yang pesimis. Kita tidak dapat menutup mata bahwa sistim ASN saat ini mulai dari rekruitment kemudian penyerapan anggaran masih membuka peluang korupsi dan bahkan membentuk perilaku koruptif bagi pegawainya seperti sistim jenjang karir, pola pengajian dan reward.

Tidak hanya itu saja, penangkapan kasus petty corruption yang seharusnya menjadi domain kepolisian jarang terdengar, malahan kita dengar bagaimana grand crime dalam tubuh kepolisian dengan adanya kasus sambo, yang melibatkan para petinggi kepolisian sampai kejang tang paling bawah. Seperti gurita saja, kejahatan yang dilakukan oleh lembaga ini. Lalu bagaimana kita bisa percaya terhadap komitmen mereka untuk mencegah dan memberantas korupsi.

Bukan saja kepolisian tapi juga kejaksaan, ealau beberapa kasus korupsi oleh lembaga ini tapi tidak bisa disangkal kasus korupsi yang melibatkan jaksa cantik yang telah menerima potongan discount penjara yang melibatkan petinggi kejaksaan menggambarkan bagaimana lembaga ini tidak jauh prilaku dengan kepolisian. 

Sisi penegakan hukum juga memiliki rapit yang sama pemotongan hukuman  oleh hakim pengadilan Tipikor menunjukan bahwa tidak ada komitmen oleh penegak hukum untuk memberikan hukuman jera plus kementrian hukum dan ham yang selalu memberikan remisi dengan alasan kelakuan baik walau mereka menghambat pembangunan negara ini yang menyebabkan banyak orang menjadi miskin. Penilaian kelakuan baik yang dilihat hanya prilaku dalam menjalani hukuman dalam penjara sebenarnya tidak dapat menjadi rekomendasi bagi koruptor bahwa mereka sudah tidak memiliki prilaku koruptif lagi buktinya ada beberapa tang keluar dari penjara dan tertangkap lagi karena kasus yang sama. Maka pertanyaan apakah lapas benar menilai prilaku atau menilai jumlah berapa banyak yang mereka dapat di rekening dari napi korupsi ?

Gambaran semua dari beberapa lembaga sudah pasti akan berdampak terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Akan tetapi kita tetap optimis bahwa masih banyak orang-orang yang ingin menegakan pengentasan dan pemberantasan korupsi dengan berbagai hal yang berbeda-beda, seperti gerakan komunitas, penerapan anti suap di swasta, pelajaran antikotupsi dan lainnya.

gerakan kecil tersebut seperti memberikan secercah cahaya bahwa harapan pencegahan dan pemberantasan korupsi masih bisa dilakikan di Indonesia.

Merujuk dari beberapa negara yang hadir pafa international anti corruption international conference di washington saat ini yang menyatakan bahwa pencegahan dan pemberabtadan anti korupsi bisa dilakukan jika ada komitmen pimpinan, akan tetapi khudus Indonesia, jika pemimpin negara kita belum. memiki komitmen itu, kita tetap harus optimis bahwa kita rakyat memilikinya dan akan bangkit untuk mencegah korupsi 

Recovery together, stronger together 

to eradicate corruption in Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun