Pandemi Covid-19 telah membuat waktu berjalan lebih lambat dari hari-hari biasanya. Kebijakan kerja di rumah atau yang dikenal Work from Home (WFH) diberlakukan baik instansi Pemerintah maupun Swasta guna menghambat penyebaran covid-19 di Indonesia.Â
Tidak hanya WFH diberlakukan oleh Pemerintah, akan tetapi belajar di rumah untuk anak murid juga diberlakukan untuk melindungi anak-anak agar tidak terpapar covid-19. Intinya setiap orang harus menjalankan yang dinamakan stay at home.
Hampir tiga minggu, pemberlakuan itu berjalan di Indonesia; ada yang diawali dengan pembagian waktu kerja seperti satu hari bekerja di rumah kemudian satu hari bekerja di kantor; akan tetapi hampir semua pegawai perempuan dan laki-laki merasakannya.Â
Awal pemberlakuan WFH memang merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pekerja dimana perubahan prilaku terjadi karena kebiasaan bekerja di kantor pastinya berbeda situasinya dengan bekerja di rumah.Â
Tantangan yang paling dirasa oleh pegawai yang bekerja di rumah adalah memulai waktu kerja tepat waktu seperti jam kantor di dalam rumah.Â
Selain itu juga, bekerja di rumah terselip terkendala pekerjaan domestik seperti mengepel, masak, setrika dan lain-lain, serta, harus berbagi waktu untuk mengajar anak guna mengantikan fungsi guru yang biasanya mendidik anak-anak disekolah ketika kita sebagai pekerja sedang di kantor.
Tidak mudah pastinya bagi setiap pekerja baik pekerja perempuan dan laki-laki, khususnya bagi pekerja yang menikah dan memiliki anak untuk bekerja optimal di rumah.
Semua tantangan di atas dihadapi oleh ibu dan Bapak pekerja yang bekerja di rumah. Pembagian kerja di rumah seperti membereskan rumah dan mengurus anak yang biasanya teratur saat bekerja di kantor, tetiba menjadi kendala ketika kita bekerja di rumah.Â
Kendala tersebut kerap menjadi awal pertengkaran rumah tangga karena suami istri dituntut melakukan pekerjaan kantor di rumah tepat waktu dan optimal.Â
Pembagian prioritas pekerjaan kantor terkadang menjadi tuntutan bersamaan bagi pekerja suami dan istri, akibatnya hal tersebut membuat suami dan istri bingung dalam menghadapi pilihan-pilihan seperti mengejakan pekerjaan kantor atau mengajar untuk mendampingi anak belajar d rumah serta pekerjaan domestik.Â
Fakta mengungkapkan, beberapa rekan kerja saya, mulai menceritakan kendala tersebut yang memicu lahirnya konflik rumah tangga yang dahulu tidak dirasakan langsung ketika bekerja di kantor.Â