Berdasarkan pemberitaan Kompas.com bahwa tanggal 18 Juli 2014 - tempat lokalisasi gang Dolly. Ibu Walikota berkata bahwa tempat tersebut akan dialih fungsikan menjadi berbagai tempat mulai dari taman, toko-toko, perpustakaan dan lainnya. Bahkan dalam pemberitaan tersebut Bapak Mensos akan menghadiri penutupan.
Jelas fenomena sekali pastinya tanggal 18 Juli 2014, sampai-sampai Bapak Mensos mau datang - akan tetapi fenomena ini akan meninggalkan beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pekerjaan rumah yang pertama adalah jelas penutupan lokalisasi bukan berarti menutup praktek protitusi. Bisa jadi prostitusi malah terselubung dan menyebar. Mengapa? Karena protitusi dipandang sebagai pekerja untuk mendapatkan pendapatan bagi beberapa orang. Lalu PR kedua- dari sisi kesehatan - penutupan gang dolly dapat menganggu program edukasi  kesehatan terutama edukasi HIV-AIDS, karena prostitusi menyebar itu.
Memang padangan diatas mungkin bagi sebagian orang bertentangan - tapi ini fakta.
Selanjutnya pekerjaan rumah yang merupakan tantangan yang harus dijawab adalah dikatakan bahwa ada sekitar 28 orang sudah beritikad untuk mengalih pekerjaan mereka dari pekerja sex menjadi pekerja lain, itu memang sesuatu yang baik. Tapi pertanyaan selanjutnya - seberapa besar dana Kota Surabaya untuk memberikan kredit usaha kecil atau mungkin bukan dana tapi bagaimana strategi pemberdayaan manusia/masyarakat untuk membuat mereka berdaya dan membuat mereka bisa bertahan dalam situasi yang baru, berapa banyak targetnya dan berapa lama-dan bagaimana dengan masyarakat marginal lainnya seperti difable dll. Ini tantangan.
Lalu bagaimana pengalih fungsikan beban sosial mereka - yang dahulu masyarakat memandang pekerja sex sebagai sesuatu negatif lalu menempatkan mereka di lingkungan yang majemuk dengan padangan yang berbeda ada yang pandangan yang kuat terhadap keagamaan ada yang bisa terima keragaman. Pastinya hal ini juga menjadi tantangan. Memastikan tidak ada sterotipe negatif oleh masyarakat bagi 28 orang dan yang lainnya yang berakibat anarkis juga penting. Ini maksudnya keamanan para ex pekerja sex sih di masyarakat.
Selain itu daerah dolly merupakan daerah pelaku sejarah - kenapa? karena tidak dapat dipungkiri daerah ini merupakan daerah resmi tempat prostitusi  yang konon terbesar di Asia Tengara sebelum bulan puasa. jika dialihfungsikan sebagai toko, taman dan perpustakan - dan tidak membangun satu tempat untuk mengenang sejarah bahwa dahulu ditempat ini merupakan tempat dimana kebanyakan wanita mengantungkan hidupnya untuk bertahan hidup serta banyak pekerja kecil yang juga mengantungkan hidupnya melalui praktek-praktek tersebut maka SEJARAH akan hilang. Sejarahkan tidak hanya yang bagus bagus dikenang, tapi sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran juga dapat dijadikan sejarah. Mungkin ada baiknya diadakan suatu tempat agar setiap orang tetap mengenang fenomena di gang dolly sebagai bagian sejarah.
Apapun.. apapun keputusan penutupan gang dolly akan ditutup tanggal 18 Juli. Semoga hal-hal yang baik yang akan terjadi di depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H