Mohon tunggu...
NETTY Fs
NETTY Fs Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Belajar merangkai kata untuk sebuah makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Cinta

17 Desember 2013   21:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jangan buai aku dengan rayumu....

Jika akan kau ciptakan ombak yang akan menghempas khayalku

Jangan hiasi hatiku dengan bunga-bunga cintamu........

Jika kemudian kau kirim badai untuk menggugurkannya

Karena aku sedang lelah dengan cinta yang semu

Cintai aku jika kau sudah mampu menetap dihatiku

Aku sudah akan beranjak meninggalkanmu, tetapi kata – kata terakhirmu membuat bumi yang sedang kuinjak seakan kehilangan oksigen untuk menghidupi penghuninya. “aku lelah, kita lanjutkan ini nanti, kalo mas sudah bisa menentukan bagaimana seharusnya kita”. Akhirnya batu karang itu luluh, dibiarkanya rambutku melambai diterpa angin pergi menjauhnya.

Hubungan kami berjalan tampak seperti layaknya sepasang merpati yang selalu setia, terbang kemanapun ingin membawa, tetapi tak pernah sampai pada tujuan. Harusnya Cinta yang membuat merpati – merpati itu terus bersama – sama, bukan keegoisan si jantan yang tak ingin pasangannya menjadi milik yang lain, atau mengizinkan mata yang lain menikmatiindah sang merpati. Itu yang ingin kucari tak pernah dapat kutemukan dalam hubungan ini. Ketika rindu sedang seperti ombak terpaan rayuanmu hampir tak mampu membuat mataku terpejam hingga mentari mengintip. Tetapi ketika rindu itu hanya serupa air dari kran PDAM yang sedang malas mengalir entah karena si empunya belum membayar tagihan atau memang hanya ingin mengalirkannya perlahan entahlah. Ketika itulah aku mulai bertanya apa yang sebenarnya yang mas inginkan dari hubungan ini, pernikahan yang diharapkan setiap orang berpacaran tak pernah aku dengar walaupun hanya bagian dari rayuan gombalmu selama ini.

Selama 5 tahun menjalin hubungan tentu bukan waktu yang sebentar tetapi aku dan Ryo tak pernah membicarakan hal yang kuanggap merupakan akhir dari rangkaian cerita-cerita dongeng kami. “kapan dong kami terima undangan, kalian koq betah amat berdua terus gax pengen nambah teman ngumpul jadi bertiga atau berempat gitu, ha......ha..........ha” banyolan teman-temanku kalo kami sedang nimbrung bersama mereka. “ bagaimana kami ingin ramai – ramai, kalo ada kalian saja aku merasa waktu untuk membelai halus rambut bidadariku ini terganggu” . Dan ketika itu juga aku tak pernah bisa membedakan wajahku bersemu merah karena dirayu atau bersemu merah karena menahan emosi pada mas Ryo yang tak pernah mau menjawab jujur apa sebenarnya yang ia tunggu.

Alasan lelaki tak siap untuk melabuhkan hatinya pada seorang wanita untuk menemaninya ‘bekerlahi’ dengan ombak di samudra hidup ini biasanya kematangan finansial atau belum menemukan seseorang yang mampu membuatnya tak mampu bernafas saat didekatnya (he..he... itu kedengaran seperti berlebihan ya.....by penulis). Melihat sosok mas Ryo orang tidak menemukan dua alasan itu. Karena dia tampak telah memiliki segalanya, itu yang dikatakan orang – orang. Tidak yang aku rasakan.

Jawaban yang kucari akhirnya kutemukan, Allah swt adalah sutradara terbaik, yang paling tahu apa cerita apa dan bagaimana seharusnya kulewati. Tapi aku memaksa, akhirnya kudapatkan yang kalo boleh aku memilih aku lebih baik tak pernah tahu selamanya. Mas Ryo aktivis dalam kegiatan HIV-AIDS bagiku dia adalah orang yang sangat perduli melebihi siapapun yang pernah aku kenal, ternyata mas Ryo tidak hanya perduli karena dia tahu penyakit itu merupakan penyakit menular berbahaya dan harus digaungkan diseluruh penjuru bumi untuk mengingatkan semua orang, tetapi karena mas Ryo adalah salah satu dari mereka!!!!!!!!!!

Kali ini akulah yang kehilangan oksygen untuk bernafas, aku menemukan surat undangan dari seminar – seminar yang biasa mas Ryo ikuti, yang kupikir dia sebagai narasumber yang memilki kompentensi untuk menjelaskan tentang HIV-AIDS ternyata dia juga sebagai narasumber ODHA. Bukan hanya kaki tanganku yang seakan lemas tetapi kurasakan mataku mulai gelap dan akhirnya..................................,” Dinda ......Dinda bangun nak, ini mama kamu sudah 3 hari dirumah sakit, lihat Ryo dia tidak pernah memejamkan matanya sedikitpun. Aku masih bingung menatap mama dan Ryo disebelahku, aku bingung dengan jawaban yang langsung disampaikan Allah tentang isi undangan itu.

Cinta mas Ryo ternyata melebihi apa yang aku pikirkan, aku hanyalah aku dengan apa yang ada dalam kepalaku. Tanpa pernah tahu bagaimana cinta yang dihadirkan untukku

Untuk yang mencintaiku sepenuh hati..............

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun