Mohon tunggu...
Netty Prasetiyani
Netty Prasetiyani Mohon Tunggu... Politisi - Politisi

Anggota Komisi IX DPR RI Periode 2019-2024

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Langkah Strategis Menuju New Normal Sebenarnya

17 Juni 2020   12:18 Diperbarui: 18 Juni 2020   04:46 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kondisi mal di luar negeri | sumber: Pixabay

Selain itu, pemberlakuan kenormalan baru tidak boleh diluncurkan ketika budaya dan kebiasaan masyarakat belum siap untuk disiplin dengan protokol kesehatan. Ketidaksiapan justru akan mengembalikan kondisi masyarakat seperti sebelum adanya Pandemi COVID-19.

Kita juga jangan sampai salah mengartikan New Normal sebagai upaya mengakhiri Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara terburu-buru. PSBB hanya dapat diakhiri setelah penyebaran wabah dapat dikendalikan.

Penanganan Jangka Panjang

Selain membuat kebijakan penanganan yang bersifat jangka pendek, kita juga harus serius untuk memikirkan penanganan yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.

Karena sejarah membuktikan, bahwa virus selalu menyerang manusia dalam setiap seratus tahun sekali. Penanganan jangka panjang yang kita pikirkan saat ini harus dapat menjadi acuan bagi generasi selanjutnya, jika menghadapai msalah yang sama.

Tentu kita tidak ingin bahwa generasi kita di masa yang akan datang, tidak mendapatkan apa-apa atas apa yang kita alami saat ini. Sehingga kemudian, mereka hanya akan mengulangi kembali dari nol untuk menghadapi virus.

Saat ini satu-satunya kemampuan yang paling efektif untuk mengatasi penyebaran COVID-19 apabila adanya vaksinasi secara masal. Tetapi, para pakar memprediski vaksin baru tersedia di tahun 2021 atau 2022.

Sementara itu sejumlah lembaga seperti Institut Teknologi Bandung memprediksi masa puncak akir Maret 2020 dan akhir Pandemi April 2020; Universitas Gajah Mada memprediksi masa puncak 7-11 April 2020 dengan total kasus 6.174 dan akan berakhir 29 Mei 2020; Singapore University of Technology and Design memprediksi masa puncak 20 April 2020 dan berakhir 7 Oktober 2020; Gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 memprediksi awal Mei 2020 akan menjadi masa puncak dengan 95 ribu kasus dan Juni 2020 berakhir.

Meskipun lembaga-lembaga tersebut secara umum menyebutkan bahwa tahun 2020 akan menjadi akhir dari Pandemi Covid-19, namun beberapa penelitian terbaru memperkirakan bahwa pandemi global ini kemungkinan akan berlangsung sekitar dua tahun.

Artinya, minimal baru berakhir tahun 2021.  Marc Lipsitch, seorang ahli epidemiologi penyakit menular di Harvard's T.H. Chan School of Public Health, mengatakan, "Ini akan menjadi masalah, mengelolanya selama berbulan-bulan hingga beberapa tahun. Ini bukan masalah bagaimana melewati puncak, seperti yang sebagian orang percayai."

Krena itu, melawan pandemi COVID-19 tidak cukup hanya dengan satu babak menerapkan penjagaan jarak (social distancing) menutup sekolah dan tempat kerja, membatasi skala pertemuan, serta membatasi berbagai intensitas dan durasi. Namun, kperlu melakukan itu dalam  jangka  panjang  dan membayangkan wabah pandemi kali ini seperti "gelombang soliton" (soliton wave): gelombang yang terus bergulir dan bergulung, meneruskan di bawah kekuatannya sendiri untuk jarak yang sangat jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun