Mohon tunggu...
neti nurhayati
neti nurhayati Mohon Tunggu... Konsultan - Enterpreneur

Pengusaha dan aktivis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijrah Bukan Sekadar Berpindah

15 September 2019   20:28 Diperbarui: 15 September 2019   20:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun baru Islam ditandai dengan momentum hijrahnya Rasulullah SAW. Hijrahnya Rasulullah SAW bukan semata-mata berpindah tempat saja, namun disetiap perbuatannya ada teladan bagi ummat, serta misi yang sesungguhnya dapat berupa wahyu dan tuntunan dari Allah SWT. Hijrahnya Rasulullah  SAW saat itu merupakan peristiwa saat Islam diterima oleh seluruh penduduk Madinah (Yatsrib). Bukan hanya sebagai agama semata namun sebagai solusi bagi seluruh permasalahan kehidupan. Sejarah mencatat bahwa Yatsrib merupakan negeri kaum Aus dan Khazraj yang sudah bertahun-tahun berperang dan bertikai, namun Allah mengutus Rasulullah SAW sebagai juru damai diantara keduanya hingga Islam itu diterima dari satu individu ke individu lainnya.

Rasulullah mencontohkan untuk mempersiapkan masyarakat sebagai langkah untuk menegakkan Islam. Karena penerapan Islam bukan paksaan sepihak, namun keinginan ummat yang didorong oleh keimanan dan ketaqwaan pada Rabb semesta alam.

Hal ini tercermin ketika Rasulullah bertemu dengan tokoh pemimpin kaum Aus dan Khazraj, bukan meminta kekuasaan dan memaksa mereka menerima Islam. Namun, mereka sendiri yang ingin memiliki rasa tenang dan damai karena sudah tidak sanggup dengan pertikaian antar saudara yang terus menerus berlanjut. Rasulullah pun mendakwahkan mereka lalu mengembalikan mereka ke negeri mereka. Setelah itu, Rasulullah mengutus Mush'ab bin Umair sebagai perpanjangan lisan Rasulullah untuk mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru Yatsrib (Madinah). Maha Benar Allah, setelah Mush'ab diutus, tidak ada satu rumah pun yang tidak membicarakan Islam. (Siroh Nabawiyah Ibnu Hisyam)

Sungguh hanya ketenangan pada ummat yang terlihat ketika peristiwa tersebut.  Dan akan terulang kembali jika ummat mau menerima Islam sebagai solusi permasalahan kehidupan. Karena dalam benak ummat saat ini hanyalah benih-benih kapitalisme, mereka hanya berpikir tentang  meraih manfaat dan keuntungan sebanyak apapun tanpa melihat rasa persaudaraan.

Hal  ini dibuktikan dengan isu-isu panas yang melanda negeri ini, Papua bergejolak, pemindahan Ibukota ataupun tarif-tarif pelayanan masyarakat yang terus naik.

Tahun yang seharusnya diperingati sebagai momentum hijrahnya ummat untuk siap menerima Islam sebagai solusi bagi permasalahan kehidupan mereka tercederai oleh sifat rakus dan cinta dunia para oknum yang mengakui dirinya cinta terhadap negeri ini. Jika merasa cinta dengan keadaan negeri ini, maka kita wajib mengembalikan aturan yang ada dengan aturan Sang Pencipta negeri ini, Allah SWT.

Sangat disayangkan, karakter Ummat yang masih menimbang-nimbang menjadikan ummat belum mau berkorban untuk Islam.  Sudah saatnya kita berubah, kita harus jadikan momen tahun baru ini bukan sekedar memiliki makna hijrah sebagai perpindahan tempat saja. Namun, kita harus yakin bahwa berjuang atau tidak resiko kehidupan adalah kematian, maka kita optimalkan untuk berjalan menuju resiko dengan perjuangan yang indah yaitu dengan kembali kepada cara hidup yang Allah ridhoi yaitu kembali menerapkan Islam secara menyeluruh sebagai solusi permasalahan kehidupan dan sumber ketenangan dunia dan akhirat kita bersama. Wallohu'alam bi ash shawab.

By. Yauma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun