Mohon tunggu...
Inovasi Artikel Utama

Pembaca yang Bergerak Dinamis dari Jurnalisme "Zaman Old", "Now", hingga "Future"

10 Februari 2018   21:07 Diperbarui: 12 Februari 2018   07:40 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Setiap orang pasti membutuhkan informasi untuk menunjang kehidupannya, entah itu informasi yang cukup berat tentang isu-isu seputar kegiatan ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, atau bahkan informasi-informasi ringan seputar dunia hiburan seperti rilisnya film "Dilan 1990" yang diangkat dari novel dengan judul yang sama. Namun, seiring dengan waktu yang berjalan dan teknologi yang berkembang, proses pencarian, penyajian serta konsumsi informasi atau jurnalistik pun berubah. Apabila zaman dulu masyarakat diposisikan sebagai konsumen yang pasif, kini masyarakat bisa lebih aktif dan mengkritisi pemberitaan yang ditampilkan, serta memproduksi sendiri produk-produk jurnalistik yang sarat dengan informasi. Lalu, muncul pertanyaan lagi: seperti apa kira-kira gambaran jurnalistik di masa depan ?

Jurnalisme Zaman Old

Sebelum kita melihat dan memperkiran tentang jurnalistik era future, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu seperti apa kegiatan jurnalistik di era awal. Pada zaman dahulu, informasi-informasi yang ada dikumpulkan oleh teman-teman wartawan yang bekerja secara profesional di bawah panduan kode etik dengan terjun langsung ke lapangan. Dikutip dari Future Journalism para pekerja media seperti wartawan, kameramen, dan koresponden daerah mendapatkan berita dari sumber jejaring mereka seperti humas profesional dan sebagainya. Lalu, mereka menulis berita dan mempublikasikan hasilnya kepada publik melalui media-media yang memiliki cakupan luas seperti koran,majalah, televisi, dan radio.

Kemudian, pada era zaman old ini audience ditempatkan sebagai pihak yang sangat pasif. Dan media-media tersebut sering disebut sebagai media arus utama (mainstream) karena masyarakat menjadikan media-media tersebut sebagai sumber utama mereka untuk mendapatkan informasi. Masyarakat yang diterpa informasi-informasi ini langsung mempercayai apa saja yang diberitakan oleh media, sehingga lahir The Hypodermic Needle Theory atau biasa disebut teori jarum suntik. Masyarakat diibaratkan sebagai pasien yang disuntikkan cairan berupa informasi oleh dokter (media).

Salah satu contohnya adalah munculnya kepanikan massal akibat drama radio berjudul War of the Worlds yang dibawakan oleh Orson Welles pada tahun 1938. Drama ini menceritakan tentang adanya invasi alien dari planet Mars ke Bumi. Tidak disangka, banyak penduduk di daerah New Jersey yang berlarian meminta masker gas yang dianggap bisa meyelamatkan mereka dari gas beracun, serta banyak yang berlarian untuk pulang ke rumah karena menganggap hal tersebut nyata terjadi. Padahal, itu hanya cerita fiktif yang dipadukan dengan permainan karakter suara dan lagu yang dilakukan oleh penyiar untuk mengarahkan imajinasi para pendengarnya. Hal ini disebut juga theater of mind.

Jurnalisme Zaman Now

Ketika teknologi semakin maju dan berkembang, maka berubah pula karakteristik kegiatan jurnalistik. Apabila di era zaman old masyarakat yang mengonsumsi berita melalui media dianggap sebagai audienceyang sangat pasif, kini tidak lagi. Masyarakat kini memasuki era interactive journalism atau mulai terjadinya interaksi antara audiencedan media.

Audience sekarang bisa mengomentari informasi yang diberitakan oleh media sehingga secara perlahan audience berubah menjadi watchdog atau pengawas, dan bahkan bisa memproduksi berita sendiri. Menurut penulis, perubahan karakteristik ini terjadi karena munculnya platform atau tempat-tempat yang berbasis internet, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi tersebut. Interaksi ini bisa berupa komentar, like,maupun share.

Konsep audience yang berubah menjadi produsen berita tersebut kini sering disebut dengan citizen journalism. Semua orang yang bahkan bisa dibilang awam tentang dunia jurnalistik pun kini bisa mengunggah artikel, tulisan, yang dibuat, sehingga definisi tentang pers seakan kabur. Orang-orang yang mungkin berlatar belakang pendidikan ilmu hukum, ilmu ekonomi, dan lain sebagainya bisa membuat berita dengan bermodalkan smartphone.

Orang-orang kini bisa dengan mudah membuat blog pribadi serta akun berbagai macam media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Twitter sesuai dengan kebutuhannya, karena media sosial pun memiliki karakter nya sendiri. Facebook memiliki fasilitas yang memungkinkan para penggunanya membagikan tulisan, video, chatting dengan pengguna lain maupun bergabung di dalam suatu komunitas. Kemudian, Twitter memungkinkan pengguna nya untuk memberikan pernyataan akan suatu hal, dan Instagram memungkinkan para penggunanya untuk mengunggah foto maupun video.

Para pengguna kini bisa membuat produk jurnalistik dalam bentuk tulisan, foto, video, maupun podcast tentang kejadian-kejadian apa saja yang terjadi di sekitar mereka yang sekiranya perlu untuk diketahui orang lain. Dengan adanya kemajuan teknologi ini, orang-orang bisa menyampaikan secara langsung berita-berita yang mungkin tidak dilirik oleh media walaupun sebenarnya penting untuk diketahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun