Mohon tunggu...
Nessya Septi Aulia
Nessya Septi Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi. Senang belajar hal baru dan Saya memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen proyek atau acara, melakukan peningkatan brand awareness dengan kemampuan pada Content Creator.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Cinderella Complex: Perspektif Gender dan Media"

5 April 2024   23:42 Diperbarui: 6 April 2024   00:03 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cinderella Complex adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan psikis wanita takut untuk hidup mandiri. Cinderella Complex berasal dari buku milik Colette Dowling yang berjudul "The Cinderella Complex: Woman Hidden Fear of Independence". Istilah tersebut muncul karena pengalaman pribadi yang dialami sebagai psikiater pada saat  menangani perempuan-perempuan yang tidak dapat lepas dari ketergantungan orang lain. Tanpa mereka sadari, perempuan akan selalu merasa bergantung kepada orang lain. Seperti film Cinderella yang berharap bantuan ke orang lain untuk mengubah kehidupannya. Pada film tersebut menggambarkan bahwa Cinderella merasa bahagia dengan kehadiran pangeran yang mengubah kehidupannya hanya dengan sepatu kaca miliknya yang tertinggal di istana.

Fenomena Cinderella Complex berlanjut hingga saat ini, perempuan tidak menyadari yang terjadi pada dirinya. Pada akhirnya perempuan selalu merasa butuh sosok laki-laki disampingnya. Ada juga beberapa stigma yang menjelaskan bahwa perempuan merupakan manusia yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Pada fenomena ini menjelaskan bahwa perempuan ingin selalu diperhatikan dan dilindungi orang lain terutama laki-laki. Perempuan dengan Cinderella complex memiliki ketakutan tersendiri serta bertanggung jawab sepenuhnya untuk kehidupannya. Tak hanya itu, mereka juga akan takut dalam mengambil keputusan yang dihadapinya. Mereka akan lebih memilih tanggapan dari orang lain daripada memberi keputusan sendiri.

Media seringkali menciptakan alur cerita bahwa perempuan akan membutuhkan sosok laki-laki untuk menjaganya, serta pada film-film seringkali perempuan digambarkan menjadi sosok yang manja, ingin diperhatikan lebih, dan merasa tidak berharga apabila tidak ada laki-laki di kehidupannya. Seperti contoh film "Mariposa" yang diperankan oleh Angga Yunanda sebagai Iqbal dan Zara Adisty sebagai Aca. Aca berperan menjadi perempuan lemah lembut dan perhatian yang sedang mengejar cintanya Iqbal. Aca selalu mengharapkan perhatian dari Iqbal, karena Iqbal tidak tertarik dengan Aca. Media memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan pandangan masyarakat. Melalui televisi, film, dan iklan yang ditayangkan dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap peran gender.

Dengan adanya streotip pada perempuan dengan semua ciri khas kelemahan, kelembutan hatinya, lebih bergantung pada orang lain menyebabkan posisi perempuan kurang diuntungkan dan selalu dianggap kedudukannya dibawah laki-laki. Perempuan merasa ingin diperhatikan oleh laki-laki, karena ia merasa bahwa dirinya tidak dapat mandiri dan menjaga diri sendiri. Sehingga perempuan akan cenderung membutuhkan figure orang lain khususnya laki-laki untuk menjadikan dirinya aman dan nyaman. Berikut adalah beberapa factor yang menyebabkan Cinderella complex:

  • Pola Asuh Orangtua, Cinderella complex dapat terjadi karena ada beberapa factor yang mempengaruhinya seperti pola asuh dari orang tua ajarkan. Salah satu pola asuh seperti overprotective dapat mempengaruhi terjadinya Cinderella complex. Orang tua akan berusaha untuk melindungi anaknya, apabila yang dilakukan secara berlebihan akan berdampak pada perkembangan anak. Dengan cara overprotective, anak akan sulit untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan. Sedari kecil mereka akan mengalami kesulitan untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya. Pada pola asuh tradisional juga dapat mempengaruhi terjadinya Cinderellacomplex. Seperti contohnya, anak perempuan dituntut harus lebih pasif disbanding anak laki-laki. Ketika beranjak dewasa pembentukan pada masa kecil dari lingkungan rumah terlebih dulu nomor 1. Sehingga yang diterima oleh anak ketika masih kecil pola asuh dari orang tuanya seperti kedisplinan, kemandirian, tanggung jawab itulah yang akan membentuk kepribadiannya dikemudian hari ketika dewasa dari didikan masih kecil.
  • Budaya, dengan adanya budaya patriarki dapat menyebabkan masyarakat memiliki pandangan bahwa perempuan selalu memiliki posisi lebih rendah daripada laki-laki. Perempuan selalu dianggap lemah, sementara laki-laki tidak dan seringkali dikatakan bahwa perempuan dan laki-laki tidak setara.  Dengan adanya ciri khas dari stigma-stigma yang dibentuk akan berdampak pada perempuan. Apabila akan melakukan suatu tindakan akan kurang percaya diri dan lebih mengandalkan laki-laki terlebih dulu. Pada streotip gender, masyarakat akan memandang bahwa perempuan yang dikatakan "Independent Woman" akan dinilai tidak feminim. Secara tidak sadar terbentuklah Cinderella complex pada perempuan yang akan butuh laki-laki
  • Media sosial, pada media sosial seringkali menayangkan standart kecantikan perempuan, seperti cantik itu harus putih, harus kurus, harus tinggi, dan masih banyak lagi tuntutan yang terjadi pada perempuan. Pada akhirnya perempuan akan merasakan adanya tekanan dan ekspektasi dari orang lain. Sehingga dapat menyebabkan munculnya Cinderella complex.

Perempuan memiliki 2 pilihan yang berbeda, ada perempuan yang memiliki komitmen kemandirian atau harus melawan rasa takut akibat persepsi masyarakat bahwa perempuan tidak perlu mengejar pendidikan terlalu tinggi karena ekonomi perempuan akan dibawah laki-laki. Cinderella complex cenderung pada kecemasan kesuksesan perempuan, karena banyaknya pandangan masyarakat yang membuat perempuan takut untuk menentukan arah dan tujuannya. Media sosial menunjukkan walaupun perempuan telah menjadi "Independent Woman", perempuan akan tetap membutuhkan seorang laki-laki disampingnya.

Cinderella complex dialami oleh perempuan yang range usianya luas, namun sering dialami oleh umur belasan tahun. Berikut 2 beberapa karakteristik Cinderella complex:

  • Harga Diri Rendah
  • Perempuan merasa bahwa dirinya tidak bermakna, tidak berharga, dan merasa bahwa bukan siapa-siapa. Maka dari itu, mereka yang mengalami Cinderella complex merasa bahwa butuh bantuan orang lain. Mereka butuh untuk diperhatikan dan memvalidasi tentang perasannya.
  • Bergantung Terus-Menerus
  • Mereka akan tidak dapat lepas dari orang lain karena mereka merasa apabila tidak ada figure orang lain, ia tidak dapat hidup sendiri, Mereka akan cenderung kepada idealisasinya orang yang bisa membuatnya nyaman dan menjadi tempat bergantung.

Untuk mengurangi risiko terkena Cinderella Complex, perempuan harus membangun kekuatan diri dan kepemimpinan, berusaha melawan ketakutan hidup sendiri, dan meningkatkan value pribadi. Berikut adalah 2 cara untuk mengurangi Cinderella complex:

  • Menumbuhkan Percaya Diri, dengan cara menumbuhkan percaya diri, perempuan akan lebih mudah untuk adaptasi dan keluar pada zona nyamannya. Percaya diri atas apa yang telah dikerjakan, turut bangga dengan apa yang telah dikerjakan.  Perempuan bisa saja menjadi percaya diri apabila orang yang disekitarnya mendukung. Cinderella complex dapat terbentuk dikarenakan kebiasaan yang dilakukan sedari kecil.
  • Membangun Kemandirian, belajar untuk mandiri serta tidak lagi mengandalkan orang lain untuk menentukan arah tujuan. Berusaha untuk mengambil keputusan sendiri, karena dengan menghadapi tantangan baru akan mengurangi risiko Cinderella complex. Pada zaman sekarang, Generasi Z cenderung ingin menjadi "Independent Woman" namun karena pengaruh lingkungan sekitar perempuan akan lebih takut untuk menjadi mandiri karena seringkali diremehkan.

Dengan tidak mengandalkan orang lain perempuan akan lebih mandiri dan bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya. Cinderella complex dapat memperkuat streotip gender yang merugikan masyarakat. Wanita harus belajar mengatasi ketakutan hidup sendiri dan mengambil keputusan yang tidak tergantung kepada orang lain. Berlatih mendefinisikan dengan baik apa yang diinginkan, apa yang disuka dan apa yang tidak disuka. Perlu untuk mengupayakan analisis kemampuan diri berguna untuk sejauh mana melangkah.

REFERENSI:

Abidah, F. N., & Septiningsih, D. S. (2022). Cinderella Complex Pada Mahasiswa Millennial. Psimphoni, 1(2), 2775--1805.

Anggriany, N., & Astuti, Y. D. (2003). Hubungan Antara Pola Asuh Berwawasan Jender Dengan Cinderella Complex. Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 8(16). https://doi.org/10.20885/psikologika.vol8.iss16.art5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun