Tenaga kesehatan yang ada di Indonesia pada tahun 2023 sudah mencapai 1,49 juta orang, yang terdiri dari beberapa profesi diantaranya sebagai Perawat, Bidan, Tenaga medis/dokter, Apoteker, Biomedika, Tenaga kesehatan masyarakat, Keteknisan medis, Ahli gizi, Kesehatan lingkungan, dan Terapi fisik.
Dengan banyaknya tenaga medis yang ada di Indonesia tentunya penyebaran profesi pasti dirasa sudah merata. Namun, ternyata masih banyak di daerah-daerah terpencil khususnya diluar Pulau Jawa masih sangat minim tenaga kesehatan atau bahkan kekurangan profesi tertentu. Salah satu profesi di Indonesia yang tenaganya masih sangat dibutuhkan bahkan di Pulau Jawa sendiri yang sudah terkenal dengan kelengkapan infrastruktur maupun jasa yang dibutuhkan.
Radiografer adalah tenaga kesehatan yang bertugas untuk memproduksi gambar tubuh pasien menggunakan peralatan pencitraan medis. Radiografer juga dikenal sebagai teknolog pencitraan medis atau teknisi radiologi. Ahli radiologi, yang juga disebut radiografer ini memiliki profesional perawatan kesehatan yang mengoperasikan mesin pemindai khusus yang menghasilkan gambar untuk keperluan medis. Mereka menggunakan peralatan seperti mesin sinar-X, pemindai CT, dan teknologi canggih seperti fluoroskopi digital.
Saya melakukan pengamatan di RSUD yang berada di salah satu kota untuk melakukan observasi dan mengamati profesi seorang radiografer dalam menjalankan tugasnya. Dari area observasi yang aman, saya melihat seorang radiografer sedang mempersiapkan ruang pemeriksaan. Dia memeriksa peralatan, memastikan mesin sinar-X dan CT scan berfungsi dengan baik. Setelah semua siap, radiografer tersebut menunggu di dekat pintu masuk. Ketika seorang pasien datang untuk pemeriksaan, radiografer tersebut menjelaskan prosedur dan mengarahkan untuk membaringkan tubuh pasien di meja pemeriksaan. Saya memperhatikan bagaimana radiografer tersebut memastikan posisi yang tepat agar gambar yang dihasilkan juga dapat akurat.
Radiografer kemudian mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) dari radiasi dan mengatur mesin. Dia masuk ke ruang pemindaian dengan hati-hati, mengawasi layar monitor saat proses berlangsung. Setelah beberapa menit, dia memeriksa hasil gambar yang diambil, memastikan kualitasnya sebelum menyimpannya dalam sistem Setelah itu, dia mencatat semua informasi penting terkait pemeriksaan dan berdiskusi dengan dokter spesialis tentang hasil yang diperoleh. Dari pengamatan ini, saya menyadari betapa pentingnya peran radiografer dalam proses diagnosis medis dan bagaimana mereka menjaga keselamatan serta kualitas layanan kesehatan.
Selain itu, isu mengenai kemandulan di kalangan radiografer akibat paparan radiasi sering kali menjadi bahan perdebatan. Banyak orang menganggap bahwa paparan radiasi sinar-X yang dialami oleh radiografer dapat menyebabkan masalah kesuburan. Namun, penting untuk memahami bahwa banyak dari klaim ini adalah mitos yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
Radiografer memang terpapar radiasi dalam pekerjaan mereka, tetapi dosis yang diterima biasanya berada dalam batas aman. Oleh karena itu, meskipun ada paparan, risiko kemandulan akibat radiasi sinar-X sangat minim jika dibandingkan dengan dosis yang diterima.
Salah satu cara untuk melindungi diri dari paparan radiasi adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti apron timah. APD dirancang untuk menyerap radiasi dan melindungi bagian tubuh yang lebih rentan. Penggunaan APD secara konsisten dan benar sangat penting dalam mengurangi risiko kesehatan, termasuk potensi dampak pada kesuburan. Dalam praktiknya, meskipun tidak semua radiografer menggunakan APD dengan baik, penggunaan alat pelindung ini merupakan langkah penting dalam menjaga keselamatan mereka di tempat kerja.
Profesi radiografer merupakan peran krusial dalam sistem kesehatan. Meskipun ada beberapa mitos mengenai risiko kesehatan, penggunaan alat pelindung diri dan kepatuhan terhadap standar keselamatan membuat profesi ini relatif aman. Seiring berjalannya teknologi diharapkan tenaga kesehatan di Indonesia dapat meningkatan kualitas profesionalisme dalam melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Penulis : Nesha Putri Nadytina Mahasiswa Universitas Airlangga 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H