Mohon tunggu...
Nesa Nestita
Nesa Nestita Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya yaitu berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Sosial Albert Bandura

18 Januari 2025   12:42 Diperbarui: 18 Januari 2025   12:42 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial yang menjadi salah satu pendekatan penting dalam psikologi. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat mempelajari perilaku melalui pengamatan dan interaksi dengan lingkungan sosial. Bandura menekankan bahwa pembelajaran tidak selalu harus melalui pengalaman langsung, melainkan bisa terjadi dengan mengamati perilaku orang lain beserta konsekuensi dari perilaku tersebut.

Konsep Kunci dalam Teori Belajar Sosial

  1. Belajar Melalui Pengamatan (Observational Learning)
    Salah satu gagasan utama Bandura adalah bahwa manusia mampu mempelajari perilaku hanya dengan mengamati orang lain. Proses ini mencakup langkah-langkah seperti memberikan perhatian, menyimpan informasi, dan akhirnya meniru perilaku yang diamati. Sebagai contoh, seorang anak dapat belajar bertingkah laku sopan dengan memperhatikan cara orang tua mereka berbicara atau bertindak di depan orang lain.

  2. Modeling
    Modeling adalah proses di mana seseorang meniru perilaku dari individu atau figur yang mereka anggap sebagai model. Model dapat berupa orang-orang yang dekat, tokoh media, atau bahkan figur yang dihormati. Bandura membagi model menjadi tiga jenis:

    • Model langsung: Orang-orang di sekitar individu, seperti orang tua, teman, atau guru.
    • Model simbolis: Karakter dalam media, seperti film, buku, atau televisi.
    • Model verbal: Petunjuk atau nasihat yang diberikan secara lisan.
  3. Empat Tahapan dalam Belajar Sosial
    Menurut Bandura, proses belajar sosial melibatkan empat langkah penting:

    • Perhatian (Attention): Agar belajar dapat terjadi, individu harus memperhatikan perilaku model. Tingkat perhatian dipengaruhi oleh hal-hal seperti daya tarik model atau relevansi perilaku dengan kebutuhan individu.
    • Retensi (Retention): Informasi tentang perilaku yang diamati harus disimpan dalam ingatan, sehingga dapat digunakan di waktu mendatang. Proses ini melibatkan pengkodean dan penyimpanan informasi.
    • Reproduksi (Reproduction): Setelah mengamati dan mengingat perilaku, individu perlu memiliki kemampuan untuk mereproduksi atau meniru perilaku tersebut, baik secara fisik maupun mental.
    • Motivasi (Motivation): Motivasi memegang peran penting dalam menentukan apakah individu akan benar-benar meniru perilaku yang diamati. Penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment) yang terkait dengan perilaku tersebut dapat memengaruhi tingkat motivasi.
  4. Penguatan dan Hukuman
    Bandura memperkenalkan konsep penguatan vikarius (vicarious reinforcement), yaitu belajar dari konsekuensi yang dialami oleh orang lain. Artinya, individu tidak perlu mengalami langsung penguatan atau hukuman untuk memahami efeknya. Sebagai contoh, seorang anak yang melihat temannya dihargai karena membantu guru mungkin akan termotivasi untuk melakukan hal serupa.

  5. Kepercayaan Diri (Self-Efficacy)
    Salah satu kontribusi besar Bandura adalah konsep self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan tindakan tertentu. Self-efficacy memengaruhi cara seseorang menghadapi tugas, seberapa besar usaha yang dikerahkan, serta ketahanan dalam menghadapi tantangan. Individu dengan self-efficacy tinggi cenderung lebih percaya diri untuk mencoba sesuatu dan lebih tahan terhadap kegagalan.

Eksperimen Bobo Doll

Eksperimen Bobo Doll yang dilakukan oleh Bandura menjadi bukti penting untuk mendukung teori ini. Dalam eksperimen tersebut, anak-anak dibagi ke dalam tiga kelompok:

  1. Kelompok pertama mengamati model dewasa yang menunjukkan perilaku agresif terhadap boneka Bobo.
  2. Kelompok kedua melihat model dewasa yang bersikap pasif terhadap boneka tersebut.
  3. Kelompok ketiga tidak melihat model apa pun (kelompok kontrol).

Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang melihat model agresif lebih cenderung meniru perilaku agresif tersebut dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini membuktikan bahwa individu, terutama anak-anak, dapat mempelajari perilaku baru melalui pengamatan tanpa perlu mengalami secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun