Mohon tunggu...
.sockhska
.sockhska Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Aku jurnalis amatir karena baru masuk didunia ini kurang dari satu tahun, aku berharap bisa menuangkan aspirasiku dengan leluasa.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Korupsi vs Hati Nurani

6 November 2023   09:41 Diperbarui: 6 November 2023   09:41 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Korupsi vs. Hati Nurani: Konflik yang Mempengaruhi Bangsa"

Korupsi dan Hati Nurani adalah dua konsep yang sering kali bertentangan dan berdampak pada perkembangan suatu negara. Korupsi merujuk pada penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk keuntungan pribadi atau kelompok, sementara Hati Nurani merupakan panggilan moral dan etika individu untuk bertindak secara jujur, adil, dan bermartabat.

Korupsi sudah ada sejak zaman kuno, bahkan pada masa Dinasti Mesir Pertama sekitar 3100--2700 SM. Korupsi menjadi masalah serius yang merusak negara dalam berbagai aspek, mengalihkan sumber daya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat kepada segelintir individu atau kelompok, menghambat pertumbuhan ekonomi, menciptakan ketidaksetaraan, dan merugikan rakyat jelata. Selain itu, korupsi melemahkan lembaga pemerintah, kepercayaan publik, dan citra negara di mata dunia.

Dalam konflik antara korupsi dan hati nurani, seringkali individu yang terlibat dalam tindakan korupsi mengabaikan nilai-nilai moral dan etika pribadi mereka demi keuntungan finansial atau kekuasaan. Mereka mungkin membenarkan tindakan mereka dengan alasan ekonomi, sosial, atau politik, dan ini menempatkan hati nurani individu dalam dilema moral yang serius.

Hati nurani mencerminkan nilai-nilai yang seharusnya membimbing perilaku manusia, seperti kejujuran, integritas, dan rasa tanggung jawab. Ketika seseorang melanggar nilai-nilai ini dengan terlibat dalam korupsi, mereka mengorbankan integritas mereka demi kepentingan pribadi.

Konflik antara korupsi dan hati nurani juga menggambarkan perjuangan dalam memutuskan antara tindakan yang merugikan banyak orang dengan keuntungan pribadi. Beberapa individu mungkin menemukan cara untuk mengabaikan hati nurani mereka dan tetap terlibat dalam korupsi, sementara yang lain mungkin memilih untuk mematuhi nilai-nilai moral mereka meskipun menghadapi tekanan atau risiko.

Mengingat prevalensi kasus korupsi di Indonesia, muncul pertanyaan menarik tentang sejauh mana ambisi koruptor dalam menjalankan tindakan korupsi. Apakah ada batas akhir? Pernahkah koruptor berpikir bahwa jika rakyat yang mereka peras telah kehilangan segalanya, siapa dan apa yang akan menjadi target selanjutnya untuk memuaskan hawa nafsu korupsi mereka?

Bagi individu yang beragama, pertanyaan muncul apakah keyakinan mereka terhadap Tuhan sebagai entitas tunggal yang maha kuasa tidak mempengaruhi pandangan mereka terhadap tindakan korupsi. Apakah koruptor mengabaikan pertimbangan moral dan etika yang seharusnya menjadi panduan mereka? Apakah mereka lupa bahwa Tuhan adalah penguasa yang seharusnya menjadi alarm untuk setiap tindakan tercela?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun