Playing victim adalah pola perilaku di mana seseorang cenderung menempatkan dirinya sebagai korban dalam berbagai situasi, yang juga berkaitan erat dengan kesehatan mental. Istilah playing victim sendiri berasal dari bahasa Inggris, di mana playing berarti berperan dan victim berarti korban. Dalam konteks ini, berperan sebagai korban memiliki konotasi negatif.
Menurut WebMD, mentalitas sebagai korban atau victim mentality adalah ketika seseorang cenderung menyalahkan faktor eksternal selain diri mereka sendiri atas hal buruk yang terjadi pada mereka. Faktor eksternal ini bisa berupa orang lain, sistem, atau bahkan sesuatu yang di luar kendali manusia seperti nasib atau takdir.
Beberapa tanda-tanda yang sering dikaitkan dengan perilaku playing victim, seperti yang dibahas di pji.uma.ac.id, antara lain:
1. Menghindari Tanggung Jawab: Mereka sering menghindari atau menolak untuk bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan mereka sendiri.
2. Memutar Balikkan Fakta: Mereka cenderung merubah fakta atau kenyataan agar terlihat sebagai korban dalam situasi tersebut.
3. Selalu Mencari Kasihan: Mereka terus-menerus mencari simpati atau kasihan dari orang lain.
Bagaimana kita seharusnya bersikap jika kita berhadapan dengan seseorang yang berperilaku sebagai playing victim ?
Selain menetapkan batasan dalam interaksi dengan individu semacam itu untuk menjaga kesejahteraan kita sendiri dan menghindari terperangkap dalam dinamika mereka, satu opsi terbaik adalah memutuskan interaksi dengan mereka. Meskipun ini mungkin terdengar tegas, ini adalah solusi yang saling menguntungkan baik bagi kita maupun individu tersebut, karena perilaku playing victim mereka tidak akan terus diperkuat.
Perilaku playing victim bisa bervariasi dalam tingkat dan intensitas, dan bisa sangat kompleks. Penting untuk diingat bahwa ada faktor psikologis dan sosial yang dapat mempengaruhi perilaku ini, dan penjelasannya bisa berbeda dari satu kasus ke kasus. Terapi psikologis dan dukungan sosial dapat membantu individu yang cenderung berperilaku sebagai playing victim untuk mengatasi masalah mereka.
Penting untuk memahami faktor-faktor yang mendasari perilaku ini dan untuk memperlakukan individu dengan empati, sambil tetap mengingat bahwa ada situasi di mana perasaan korban benar-benar berdasar pada pengalaman traumatis yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H