Mohon tunggu...
Neowise
Neowise Mohon Tunggu... Tutor - Pelatihan dan konsultasi

Pengetahuan melihat dan memahami tentang masalah kehidupan dikaitkan dengan pengenalan diri sebagai sumber sebabnya.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

DUEL! Orangtua-Anak

31 Agustus 2024   12:00 Diperbarui: 31 Agustus 2024   12:24 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Di "drama" kehidupan ini setiap orang hadir ke dunia melalui peran dua orang yang kemudian disebut sebagai orangtua. Dan kemudian hadirlah anak atau yang berperan sebagai anak. Jadi setiap manusia sudah pasti menjalani peran anak. Kalau peran orangtua masih relatif dimana ada yang memutuskan berkeluarga dan memiliki anak, ada juga yang tidak.

Orangtua tentu "bertugas" mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya sehingga ada interaksi (relasi/komunikasi) antara orangtua dan anak. Cara orangtua menjalankan tugasnya mungkin berbeda-beda satu dengan yang lain namun semuanya sama-sama bermuara ke satu tujuan yaitu demi kebaikan dan kebahagiaan anak. Realitanya, kita temui atau lihat banyak anak yang dalam kondisi tidak baik-baik saja dan tidak bahagia, masih begitu banyak kita dengar permasalahan anak, baik di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Dalam fase pengasuhan atau pertumbuhan inilah ada banyak rangkaian kejadian-kejadian yang membuat anak merasa "terluka", merasa menjadi korban, dan lain sebagainya. Intinya hubungan orangtua dan anak menjadi tidak harmonis. Dan mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa perjalanan masa depan sangatlah dipengaruhi di fase ini.

Banyak orangtua berpersepsi bahwa "cara" mereka sudah benar dan baik dan anak juga berpersepsi apa yang dia alami, rasakan adalah benar dan semua persepsi mereka ke orangtua juga adalah benar. Dapatkah kita melihat bagaimana keduanya merasa "benar" dan jika masing-masing mempertahankan kebenarannya maka apa yang terjadi? Terjadilah friksi atau kami istilahkan sebagai "duel" antara orangtua dan anak. Dari sinilah dapat kita lihat bagaimana munculnya banyak permasalahan di anak-anak. Sering kita mendengar istilah anak "broken home" yang kemudian bermasalah. Ujung-ujungnya orangtua juga jadi kerepotan.

Siapa yang salah atau siapa yang benar?

Ini bukan soal siapa salah siapa benar tapi keduanya sama-sama masih terjebak belum mampu "melihat". Mereka tidak melihat bagaimana mereka telah berpersepsi satu sama lain dan menganggap persepsi masing-masing adalah benar dan terus mempertahankannya. Inilah masalahnya. Orangtua melihat anak dengan kacamatanya, demikian juga halnya anak melihat orangtua dengan kacamatanya namun sayang keduanya tidak menyadari kacamata mereka berkabut sehingga tidak dapat melihat dengan jelas. Akhirnya duel memperebutkan kemenangan di mana kemenangan itu sendiri juga adalah kekalahan. Orangtua seringnya menggunakan otoritas sebagai orangtua untuk menang. Anak tentu belum bisa menang melawan otoritas orangtua selama ia masih bergantung hidup. Maka anak menggunakan "masalah" untuk menang di mana orangtua jadi pusing, repot, terganggu, tersiksa, terpaksa mengalah, dan sebagainya. Dari sini dapatkah menyimpulkan bahwa jika anak bermasalah dan kemudian kita sebagai orangtua mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut, demikian terus untuk masalah-masalah selanjutnya apabila muncul, bukankah sebenarnya duel masih tetap berlangsung? Mau sampai kapan?

Jadi untuk menghentikan duel maka keduanya harus berlatih "melihat" ke diri masing-masing, menyadari bahwa selama ini telah banyak terkecoh oleh persepsi-persepsi yang dimunculkan dan memegangnya erat-erat sebagai kebenaran padahal belum tentu benar. Jika sebagai orangtua yang anaknya masih kecil di mana kemampuan untuk melihat belum ada maka "bangunlah" (sadarlah) untuk melihat secara jernih (tidak dipengaruhi persepsi semata). Ada satu hal yang membuat orangtua sulit menghentikan duel dengan anaknya apabila ia sendiri (sebagai anak) ternyata masih berduel dengan orangtuanya. Oleh karena itu, siapapun sebagai orangtua di saat ini, cobalah periksa dalam posisi sebagai anak, apakah masih duel dengan orangtua? Jika ada maka selesaikanlah terlebih dahulu apalagi kalau orangtua masih ada. Inilah sebenarnya syarat untuk menghentikan duel kita sebagai orangtua dengan anak. Dan semoga kelak anak kita pun mampu untuk tidak terjebak dalam duel dengan cucu kita dan seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun