Entah kenapa kata-kata suami beberapa bulan yang lalu masih saja melekat dibenakku. Tak mau pergi dan terekam begitu indah, melebihi rangkaian puisi dan lagu cinta yang tak pernah suami berikan kepadaku.
Beberapa bulan yang lalu tepatnya 30 Oktober 2012, bapak mertuaku meninggal dunia. Bapak mertuaku dipanggil Allah bertepatan dengan jadwal keberangkatan aku dan suami pergi jalan-jalan berdua selama 15 hari.
Tiket pesawat, hotel dan paket tour sudah kami persiapkan dari jauh- jauh hari. Kami sudah harus berangkat jam 5 subuh, sementara bapak mertuaku meninggal jam 3 subuh.
Mendadak suasana menjadi duka dan panik. Kumpul keluarga dan mempersiapkan pemakaman bapak mertuaku. Aku diberi tugas mempersiapkan segala keperluan tamu dan mempersiapkan keperluan tahlilan.
Sekitar jam 4 sore, suamiku berkata," berkemas, saya sudah ijin dengan ibu. Kita berangkat besok pagi. Atur dan siapkan segala keperluan anak-anak selama kita pergi. Pastikan alat komunikasi yang kita bawa aktif, agar mereka dengan mudah menghubungi kita,"
Singkat cerita, aku dan suami tetap berangkat liburan meskipun dalam suasana duka.
*****
Ketika pulang dari liburan, kegiatan yang pertama kali dilakukan aku dan suami adalah mengunjungi makam bapak mertuaku. Kami berjalan beriringan dengan saling berpegangan tangan. Sambil memelukku suamiku berkata,
"Jika kamu meninggal duluan, aku berjanji akan langsung membeli tanah dan memesan makam di sampingmu. Aku ingin berada di sampingmu hingga akhir hayat...
Tapi jika aku yang meninggal duluan, maukah kamu membeli tanah dan memesan makam di sampingku? Maukah kamu tetap berada di Bandung menemaniku hingga akhir hayat?"