Mohon tunggu...
Cucu Nenti C
Cucu Nenti C Mohon Tunggu... -

mahasiswi psikologi universitas islam negri maulana malik ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Konsep, Logika dan Pengambilan Keputusan

27 November 2014   06:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk beberapa orang, psikologi kognitif adalah ilmu tentang berfikir dan pemikira dapat dikatakan sebaga mahkota kognisi. Untuk beberapa orang menjadi sangan briliant, bahkan menjadi amat mulia diantara kebanyakan orang. Dan dalam kenyataannya fakta tersebut terjadi. Salah satu keajaiban spesies kita dalam realitas adalah “berfikir” merupakan istilah umum dari pemrosesan informasi.

Berfikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru memulai transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kretivitas dan kecerdasan.

Pembentukan konsep

Pembentukan konsep berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Pembentukan konsep yang digunakan lebih kecil cakupannya dari pada berfikir dan mudah untuk dipelajari secara eksperimental bahwa ada pengetahuan yang dapat dipertimbangkan dengan hukum dan proses pembentukan konsep. Definisi awal konsep adalah penggambaran mental, ide atau proses. Ini secara normal tersingkap melalui metode introspeksi eksperimen yang telah secara luas diterima sebagai teknik utama psikologi. Kemunduran introspeksi sebagai sebuah metode dan populernya behaviorisme, khususnya dalam psikologi Amerika membawa tidak hanya metodologis yang revolusioner tetapi juga perubahan korespondensi dalam pandangan asal terhadap peristiwa kognitif dan secara konsekuen dalam definisi konsep.

Konsep didefinisikan dalam ciri-cirinya adalah karakteristik suatu objek atau kejadian yang juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain.Kekhususan yang dapat dibuat dalam dasar kuantitatif juga dalam dasar kualitatif telah dipaparkan. Mobilitas adalah ciri kualitatif yang juga dapat diukur secara kuantitatif. Mobil Kia anda mungkin memiliki mobilitas (pernyataan kualitatif) namun mungkin tidak memiliki mobilitas sebesar mobil lexus seseorang yang diukur berdasarkan kecepatan. Lalu, kedua ciri dimensional (kuantitatif) dan ciri atribusional (kualitatif) membuka pembentukan konseptual, kedua hal tersebut telah dipelajari secara luas.

Asosiasi

Apa yang dimaksud dengan asosiasi ??

Teori yang tertua dan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep adalah prinsip asosiasi juga diketahui sebagai asosiasme. Dalam format ringkas, prinsip memegang ikatan yang akan terbentuk diantara kejadian (atau objek) setiap saat dimunculkan bersama kembali. Rienforcement (penguatan), atau sistem hadiah, dapat memfasilitasi bentuk dari ikatan. Jadi, prinsip asosiasi mendalilkan bahwa pembelajaran konsep adalah hasil dari (1) menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan respon yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep, dan (2) non penguatan (bentuk hukuman) pasangan yang tidak tepat dari sebuah stimulus (contohnya lingkaran merah) dengan respon untuk mengidentifikasikannya sebagai konsep ( tinjauan mekanistis seperti ini hanya menyisakan ruang kecil untuk konsep yang lazim diantara teori kognitif modern dari struktur internal yang memilih, mengorganisir, dan mengubah bentuk informasi).

Pengujian hipotesis

Pendapat umum bahwa orang terkadang memecahkan masalah dan membentuk konsep dengan memformalisasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen. Aplikasi langsung dari model pengujian hipotesis untuk formasi konsep oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1956) dalam buku mereka yang berpengaruh, Astudy of thinking, memperkenalkan analisis hasil metodologi sederhana dalam pembentukan konsep.

Tahap awal dalam pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas, sebagai seorang peneliti mungkina mengatur urutan eksperimen, seorang pengacara mungkin menanyakan serangkaian pertanyaan, atau seorang dokter dapat memadu satu set tes diagnostik.

Dalam sebuah eksperimen pembentukan konsep, Bruner dan koleganya (1956) memperkenalkan konsep seluruh alam semesta (misalnya seluruh variasi jumlah yang mungkin dari dimensi dan atribut) kepada partisipan dan mengidentifikasikan suatu hal dari eksemplar konsep yang harus dicapai oleh partisipan. Partisipan akan mengambil satu dari lain hal. Partisipan strategi boleh memilih dalam pembentukan konsep untuk menyertakan pemindaian dan pemusatan, masing-masing memiliki subtipenya yaitu:

a.Pemindaian stimulan. Partisipan mulai dengan seluruh hipotesis dan mengeliminasi yang tak dapat dipertahankan.

b.Pemindaian berturut-turut. Partisipan mulai dengan hipotesis tunggal, mengembangkannya jika berhasil dan jika tidak berhasil, dapat menggantinya dengan hipotesis lain berdasarkan pengalaman sebelumnya.

c.Pemusatan konservatif. Partisipan memformulasikan hipotesis, memilih kejadian positif sebagai fokus, dan kemusian membuat urutan penyusunan kembali (tiap kali hanya mengubah satu ciri ) dengan memperhatikan ciri yang mana menjadi positif dan negatif.

Logika

Berfikir adalah proses umum untuk menetukan sebuah isu dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu berfikir. Walaupun dua orang dapat berfikir tentang hal yang sama, kesimpulan mereka keduanya diraih melalui pemikiran mungkin berbeda, yang satu logis, dan yang lain tidak logis.

Pengambilan keputusan

Penalaran induktif, salah satu bentuk lain dari penalaran disebut penalaran induktif . dalam penalaran induktif, sebuah kesimpulan biasanya dinyatakan secara implisit atau eksplisit dalam konteks pernyataan kemungkinan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa membuat keputusan yang tidak terlalu mencerminkan hasil paradigma silogistik yang sudah dipikirkan baik-baik, tapi dalam konteks penalaran induktif, yang keputusannya berdasarkan pengalaman masa lalu dan kesimpulannya berdasarkan yang dirasa sebagai pilihan terbaik dari sejumlah alternatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun