Masyarakat nomaden yang menjadi corak masyarakat dahulu tanpa terkecuali dengan masyarakat Bolaang Mongondow akhirnya satu persatu mulai mengikis dan hilang ditangan kesadaran yang sudah menjadi habitus tentang sebab yang pasti selalu hadir dipasangkan dengan akibat yang memang telah tergoreskan menjadi sunatuallah.Dalam bingkai alam yang subur tumbuh ditanah sepenggal surga penuh bidadari-bidadari yang kuat juga cerdas ,nanu’- nanu’ yang lentiknya menarikan tarian kabela dengan kebahagiaan dan senyum yang memancar tanda keramahan,yang gemar memakan sirih untuk bersihnya jiwa dan cantiknya naluri yang membuncah sebagai wanita perkasa,yang tangguhnya mosilig bo motakod kon tangaton (naik turun gunung) dan yang esktrimnya tidak pernah tersentuh oleh kenangan dalam serajah anak cucunya yang kini satu persatu mulai tumbuh menjadi wanita-wanita lemah yang terimitasi oleh serangan pemikiran yang dianggapnya sesuatu yang indah,yang siap memproduksi mental dan pemikirannya menjadi generasi yang serbainstant yang hanya selalu mencari-cari kemudahan tanpa mengklarifikasi lagi hal-hal yang seharusnya membuat ia seribu kali lebih kritis lagi, dan bertanya dalam ketidakpuasan dan ketidakpuasan ditengah berbagai kerumitan yang sangat akut bah benang kisut yang sulit diuraikan yang terjadi ditanah totabuan.
Berbicaralah ego wahai kartini totabuanku, maka katakanlah sebut aku Kartini,wanita yang tangguh memimpin perang (perang Pontodon),berperang melawan ganasnya tentara belanda,dia hamil,dia berperang,dan dia adalah nanu’ yang seharusnyalah dikenang bukan saja dipelosok totabuan melainkan didunia.Kartini Totabuan yang telah dilupakan, mungkin juga tak pernah diperkenalkan kepada generasi-generasi yang terisolir dari sejarah tentang tanah kelahirannya Totabuan tercinta.Ba’ai Aboron,ba’ai sofina,inde’ Dou’,Putri Sila Gondo dan banyak Kartini-Kartini totabuan yang menjadi lentera yang paling terang dan hebat pada masanya, Emansipasi telah menyirami tanah totabuan,emansipasi ada ditangan nanu’-nanu’ totabuan jauh sebelum RA.Kartini memproklamirkan perlawanannya sebagai wanita yang tidak ingin diisolir lagi,Dua tangan yang tidak hanya lembut yang bersemayam dalam keras mempertahankan harkat dan martabat melainkan juga lentur memberi kehangatan serta juga lihai memegang bambu runcing demi kebenaran dalam hebatnya keyakinan tentang mempertahankanapa yang seharusnya memang dipertahankan.Adakah dia terkenang?,adakah dia kau kenal?.
Bangun dan bersinarlah lebih terang dari sinar matahari pagi Kartini Totabuan! Cermin kita sangat jelas jika cerminnya sedikit kita usap,Jangan menjadi penghianat Kartini-Kartini totabuanku dengan hanya menikmati hasil Kartini- kartini kita yang terlupa.Jangan nodai perjuangan suci mereka dengan mengaku sebagai malaikat bersayap yang terbang berkeliling membuat perubahandan kemudian membanggakan diri untuk hal yang tidak ada apa-apanya.Fungsikan kepekaan perasaanmu wahai kartini totabuanku,jangan jadi Generasi kempong yaitu genaresi yang tidak punya waktu dan tidak memiliki tradisi untuk tahu membedah antara kalimat sindiran dengan bukan sindiran (Bahasa Emha Ainun Najib seorang budayawan sekaligus sastrawan).
Bangkitlah sebagai kartini baru yang mampu membuat totabuan bercahaya seindah kilawan warna namanya (bulawan) dimata dunia. Jangan tidur saat masyarakat lapar ditengah banyaknya lumbung padi, menyatulah bersama semangat burung-burung dipuncak gunung Ambang dalam menghancurkan tirani yang menggerogoti tubuh masyarakat totabuan yang semakin krisis kepemimpinan,menyengatlah seperti harumnya sengatan bau belerang yang selalu diam, Jangan redupkan lagi apalagi menggelapkan apa yang telah menjadi terang sebagai hasil perjuangan mereka.(habis gelap terbitlah terang).Agar dunia tahu bahwa Kartini itu masih ada,bahwa bidadari itu dari surga,dan bidadari itu bukan lagi jelmaan dari setan yang lapar akan kekuasaan,dan haus akan darah rakyat.Melainkan bidadari yang lapar akan pendidikan yang merata untuk semua kalangan yang akan mengubah cakrawala berfikir,serta bidadari yang haus akan kebenaran bukan sekedar kemoflase yang membius dan membunuh pelan-pelan,perlahan tapi pasti yang membuat kita menutup mata tentang potret apa yang sebenernya telah terjadi selama ini,tentang:
Yang seharusnya menjaga malah mencampakkan
Yang bertugas melayani malah merendahkanmu
Yang semestinya bekerja untukmu malah memperbudakmu
Yang berkewajiban untuk menjunjung harkatmu malah menghancurkan nasibmu
Jangan sampai! Kartini – kartini totabuanku.
Special untuk21 apriel 2010
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI