Berbicara tentang lontar, maka tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat Rote, dan sebaliknya, berbicara tentang masyarakat Rote, tidak dapat dipisahkan dengan Lontar.
Salah satu isu hangat yang sedang dibicarakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah upaya Sri Lanka mengklaim alat musik Sasando sebagai milik mereka. Menurut isu yang beredar, Sri Lanka akan segera mendaftarkan Sasando sebagai hak kekayaan intelektual mereka di World Intellectual Property Organization (WIPO).
Dilansir dari kompas.com, hal ini dibenarkan oleh Gubernur Viktor Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef Nae Soy. Menurut mereka isu ini benar sehingga pemerintah daerah provinsi akan segera melakukan pertemuan dengan WIPO di Swiss untuk mengklarifikasi sambil melakukan upaya pendaftaran Sasando sebagai hak kekayaan intelektual masyarakat NTT secara khusus masyarakat di Pulau Rote.
Salah satu penyebab alat musik Sasando diklaim oleh negara Sri Lanka adalah kelalaian pemerintah daerah yang tidak melakukan upaya perlindungan terhadap kekayaan budaya masyarakat NTT. Sementara NTT sendiri memiliki beragam budaya dengan berbagai macam kekayaan intelektual yang khas sehingga wajar terancam diklaim oleh suku atau negara lain.
Tutur Sejarah Tentang Sasando
Sasando adalah alat musik milik orang Rote yang dibuktikan dengan beberapa tutur sejarah yang masih diceritakan kepada anak cucu hingga saat ini. Cerita pertama, konon, seorang pemuda bernama Sangguana pada tahun 1650-an terdampar di pulau Ndana, salah satu pulau kecil di Kabupaten Rote Ndao.
Sangguana memiliki bakat di bidang seni, sehingga orang-orang di Pulau Ndana membawanya ke Raja Takalaa yang berdiam di Istana Nusaklain. Di istana, ada kebiasaan bermain kebak (kebalai). Kebalai adalah tarian masal muda-mudi dengan cara bergandengan tangan membetuk sebuah lingkaran dengan seorang yang berperan sebagai maneleo (pemimpin syair) yang berada di tengah lingkaran.
Moment itulah membuat putri raja jatuh cinta pada Sangguana yang sempat mencuri perhatian banyak gadis. Akan tetapi, untuk mendapatkan putri raja, Sangguana diwajibkan menciptakan sebuah alat musik sebagai syarat menikahi putri Raja Takalaa.
Putri raja yang manis seperti gula Rote membuat Sangguana tidak tidur tenang memikirkan bagaimana bisa menciptakan sebuah alat musik, bahkan ketika ia terlelap, ia terbawa mimpi bahwa pada suatu malam ia memainkan alat musik ciptaannya sendiri. Kemudian ia beri nama sandu yang berarti gitar.