Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun secara administrasi Kurikulum Prototipe lebih sederhana. Kurikulum ini tidak bisa dieksekusi dengan baik oleh guru-guru dalam waktu sekejap mata tetapi membutuhkan sebuah proses yang panjang.
Pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir mengubah banyak sendi kehidupan termasuk sistem pendidikan di tanah air. Sistem pendidikan dipaksa berubah dalam sekejap, beberapa sekolah menggunakan Kurikulum Darurat tapi tidak sedikit juga sekolah yang masih tetap bertahan dengan Kurikulum 2013.
Melihat hal ini, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) melakukan evaluasi terhadap proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selama pandemi.Â
Dari hasil evaluasi ini diperoleh sebuah temuan penting dimana sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih maju empat sampai lima bulan belajar daripada sekolah yang masih bertahan menggunakan Kurikulum 2013.
Akan tetapi, hasil ini tidak serta-merta digunakan sebagai alasan untuk menyalahkan sekolah-sekolah yang mengalami ketertinggalan. Jelas bahwa setiap sekolah berhadapan dengan situasi yang berbeda meskipun sama-sama terdampak pandemi. Ketersediaan fasilitas, budaya belajar, kemampuan guru dan kondisi lain di lapangan menjadi tantangan terberat sekolah untuk membuat Kurikulum Darurat.
Oleh karena itu, penyediaan Kurikulum Prototipe adalah upaya bijak dari pemerintah, dalam hal ini Kemendikburistek untuk menjawab persoalan-persoalan di lapangan. Harapannya keberadaan Kurikulum Prototipe menolong tenaga pendidik di sekolah-sekolah baik di perkotaan maupun di pedesaan di tengah Pandemi Covid-19.
Kurikulum Prototipe yang akan dicanangkan pemerintah memiliki tiga karakteristik yang menarik simpati penulis sebagai salah satu fasilitator pendidikan luar sekolah yang mendukung sistem pendidikan berpihak, dalam hal ini pendidikan yang menjadikan muatan lokal sebagai media pembelajaran.
Kurikulum Prototipe akan fokus pada pengembangan soft skills dan karakter pembelajaran berbasis proyek, materi esensial seperti literasi dan numerasi dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan kontekstual dengan budaya dan lingkungan sekitar.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, meskipun secara administrasi, Kurikulum Prototipe lebih sederhana, kurikulum ini tidak bisa dieksekusi dengan baik oleh guru-guru dalam waktu sekejap mata tetapi membutuhkan sebuah proses yang panjang.
Karena itu diperlakukan sosialisasi dan juga pelatihan-pelatihan yang intens kepada guru-guru agar memahami karakteristik kurikulum dan juga segala bentuk administrasinya sehingga pada saat eksekusi di lapangan tidak ada hambatan dan keluhan dari warga sekolah, baik itu guru maupun siswa.