Hari ini, 19 Desember 2020, masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) digemparkan dengan berpulangnya mantan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya ke Sang Pemilik Kehidupan. Gubernur dua periode ini meninggal dunia tadi siang setelah dirawat intensif selama tiga minggu di Rumah Sakit Sanglah Bali.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Bernadus, adik kandung dari Frans Lebu Raya kepada Antara News di Kupang.
"Benar Kaka saya baru saja meninggal di RS Sanglah, dan saat ini saya sedang bersiap untuk ke Bali," katanya.
Hal ini juga diakui oleh salah seorang staf Khusus Gubernur NTT, Aloysius Liliweri. Ia mengatakan bahwa Pemprov NTT berduka atas berpulangnya mantan Gubernur NTT itu dan menyiapkan segala sesuatu untuk penjemputan jenazah dan proses pemakaman.
"Pak Gubernur sudah perintahkan agar menyiapkan segala sesuatu," tambah dia.
Frans Lebu Raya adalah seorang politisi yang lahir dan besar di Pulau Adonara, Flores Timur NTT pada 18 Mei 1960. Setelah berkiprah di dunia swadaya masyarakat, ia memilih memasuki dunia politik pada saat reformasi, tahun 1998.
Frans Lebu Raya memilih bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) karena sosok Megawati yang saat itu memiliki pengaruh yang cukup kuat setelah lengsernya orde baru. Dengan semangat marhaenisme, PDIP menjadi partai yang menyaingi Partai Golkar.
Bagi penulis, keputusan memasuki dunia politik menjadikan Frans Lebu Raya sebagai salah tokoh panutan dalam dunia perpolitikan dan pemerintahan di Provinsi NTT.
Ia membutuhkan lima tahun berpolitik untuk menduduki posisi penting di Provinsi NTT. Pada tahun 2003, Frans Lebu Raya menjabat sebagai wakil Gubernur NTT mendampingi Gubernur Piet A. Tallo di periode keduanya. Setelah era Piet Tallo berakhir pada tahun 2008, Frans Lebu Raya menerima tongkat estafet kepemimpinan hingga yang dipilih secara langsung oleh rakyat hingga dua periode.
Kesuksesan Frans Lebu Raya di dunia politik tidak terlepas dari latarbelakang kehidupannya sebagai seorang anak tani dari Adonara. Semangat dan daya juang sebagai anak dari kampung ditunjukkan dalam sikap berpolitiknya, yang kemudian ketika ia menjabat sebagai gubernur, ia tidak segan-segan dekat dengan rakyat kecil.