Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Darah Kotor, Roti, dan Karya Seni di Balik Menstruasi

10 Desember 2021   23:30 Diperbarui: 10 Desember 2021   23:47 5602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya seni dari darah menstruasi. Dailymail.co.uk/YouTube via merdeka.com

Pemahaman tentang menstruasi sangat menjijikkan dan memalukan bagi kaum perempuan tetapi ada yang mengubahnya menjadi karya seni.

Sejak berusia sekolah dasar, saya sudah mengetahui tentang perempuan yang mengalami menstruasi karena saya memiliki tiga orang kakak perempuan yang waktu itu sudah memasuki usia dewasa dan mama yang pada waktu itu belum mengalami menopause.

Pada waktu itu, di kampung kami belum mengenal softex (pembalut) sehingga perempuan yang mengalami menstruasi akan menembus pakaiannya. Karena itu, hal tersebut tidak asing bagi saya tetapi pada waktu itu saya tidak tahu tentang menstruasi karena ketika saya bertanya mama selalu bilang itu 'darah kotor'.

Jadi di kampung penulis, seorang perempuan yang mengalami menstruasi dianggap mengalami pendarahan kotor yang harus disembunyikan karena itu memalukan. Apalagi darah menstruasi yang menembus pakaian dilihat banyak orang, itu lebih memalukan.

Darah menstruasi dianggap sebagai darah kotor karena dianggap sebagai darah yang tidak berfungsi lagi dalam tubuh. Dalam budaya, semua hal yang berbau seks adalah tabu termasuk menstruasi, sehingga ketika darah kotor keluar melalui alat kelamin dianggap sebagai hal memalukan dalam masyarakat.

Ketika seorang perempuan mengalami menstruasi, ia akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikannya dari laki-laki. Bahkan, jika perempuan tersebut merasa darah menstruasi menembus pakaiannya, ia akan rela berjalan menyamping atau apapun itu untuk menyembunyikan dari laki-laki.

Kasus di rumah kami, tiga orang kakak perempuan saya tidak bisa menyembunyikan tetapi mama sudah mengajarkan kepada kami untuk tidak ikut campur dalam urusan menstruasi yang dialami perempuan karena itu adalah sesuatu yang normal.

Pemahaman bahwa darah haid merupakan darah kotor masih ada hingga saat ini, sedangkan penulis sadar bahwa pemahaman ini salah ketika membaca tulisan-tulisan tentang menstruasi.

Bahwa, darah kotor adalah darah dengan kadar karbondioksida yang tinggi sementara darah bersih adalah darah dengan kadar oksigen dalam darah banyak. Darah haid memang mengandung sisa jaringan dari dinding rahim yang luruh setelah ovulasi tetapi bukan berarti darah haid adalah darah kotor seperti yang dipercaya selama ini. 

***

Pembalut pertama yang kami kenal adalah softex. Pembalut ini merupakan bantalan elastis yang selalu kembali ke bentuk semula, tidak berkerut, permukaan lembut di kulit yang nyaman digunakan oleh perempuan untuk beraktivitas dengan percaya diri sepanjang hari.

Karena stereotip menstruasi adalah hal yang memalukan maka pembelian softex pun merupakan hal yang memalukan pula. Saya sering bertemu dengan beberapa orang perempuan yang membeli softex di kios/warung yang pemiliknya harus perempuan, jika laki-laki mereka akan malu membeli.

Perempuan yang membeli softex akan melihat di sekitarnya, apakah ada laki-laki atau tidak. Jika ada mereka akan menunggu laki-laki itu pergi baru mereka membeli softex. Bahkan, ada istilah khusus untuk softex yang hanya dimengerti oleh para perempuan, istilah yang mereka gunakan adalah 'roti'.

Istilah roti lebih banyak digunakan untuk mengelabuhi perasaan malu jika ada laki-laki di sekitar mereka. Dalam hal belanja, perempuan tidak akan menitipkan uang kepada laki-laki untuk membelikannya softex, itu tidak mungkin.

Karya Seni di Balik Menstruasi

Hasil karya Cassie Blue via Liputan6
Hasil karya Cassie Blue via Liputan6

Menstruasi yang dianggap tabu dan menjijikkan dalam masyarakat itu perlahan hilang seiring berjalannya waktu. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang perlahan menghapus stereotip terkait dengan menstruasi.

Hal yang paling menarik adalah seorang wanita asal Chile, bernama Carina Ubeda menciptakan sebuah karya seni menggunakan darah haidnya. Ide ini berawal dari alergi menggunakan pembalut sehingga ia menggunakan sehelai kain untuk menahan darah haidnya.

Ia mengumpulkan darah menstruasinya selama lima tahun, masing-masing dalam sehelai kain. Kain-kain tersebut dikeringkan dan disemprot menggunakan disinfektan kemudian dipamerkan dengan dekorasi buah apel dan tulisan setiap kain seperti 'Production', 'Discard', dan 'Destroyed' untuk memperindah karya seni tersebut.

Selain Carina, ada fotografer bernama Jen Lewis yang menghasilkan foto-foto cantik dari darah menstruasi. Dengan bantuan suaminya, ia menampung darah menstruasinya dalam air dan memotret efek-efek yang tercipta.

Juga, Cassie Blue seorang wanita yang memutuskan untuk menggunakan darah menstruasinya sebagai cat cair untuk melukis. Lukisan-lukisan tersebut dipajang di dinding kamarnya sebagai hiasan.

Karya-karya tersebut menepis mitos dan stereotip budaya tentang menstruasi bahwa menstruasi bukan hal yang memalukan tetapi keistimewaan seorang wanita yang patut dibanggakan oleh laki-laki maupun perempuan.

Melukis menggunakan darah haid menegaskan bahwa darah haid bukan darah kotor yang menjijikkan. Memamerkan kain berdarah haid menegaskan bahwa darah haid bukan darah yang memalukan. Memotret efek-efek darah haid dengan bantuan suami megajak laki-laki untuk menghormati menstruasi yang dialami perempuan.

Salam!!!
Neno Anderias Salukh

Referensi:
Darah menstruasi sebagai karya seni, unik atau menjijikkan?
Wanita ini pamerkan darah menstruasi sebagai karya seni!
Di Tangan Wanita Ini, Darah Haid Diubah Jadi Lukisan Unik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun