Tahun ini, 2021, perayaan Paskah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya dihambat oleh Pandemi Covid-19 yang masih menyelimuti dunia tetapi juga cuaca ekstrem La Nina yang mengepung seluruh NTT. Memasuki minggu perayaan Paskah, curah hujan cukup tinggi, angin kencang pun melanda seluruh wilayah NTT. Akibatnya banjir, longsor, perumahan hancur, pepohonan tumbang, jalanan putus terjadi dimana-mana.
Sampai dengan saat saya menulis artikel ini, hujan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tak kunjung reda sejak Senin, 29 Maret. Terakhir, hari ini, badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mendeteksi adanya Bibit Siklon Tropis 99S yang terus menguat di Laut Sawu, NTT.
Kondisi tersebut yang menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang di hampir seluruh wilayah NTT. Terutama di wilayah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Sabu Raijua, Rote Ndao, Nagekeo, Ngada, Ende, sebagian Flores Timur, Lembata, Alor, dan Sumba Timur.
Korban akibat fenomena cuaca ekstrem ini menyebabkan 23 desa di Kabupaten Malaka terendah banjir, jalan raya di pinggiran laut Kolbano di Kabupaten TTS tertutup hempasan ombak, beberapa warga meninggal dunia akibat banjir di Flores Timur, puluhan rumah dan jembatan rubuh akibat banjir di Sumba, puting beliung, badai dan banjir bersamaan meliputi Sabu Raijua dan Kota Kupang dan masih banyak yang tidak diliput media.
Sementara menurut perkiraan BMKG, kondisi ini akan terus berlanjut tiga hari kedepan yang tentunya akan menambah bencana banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang dimana-mana. Kondisi tersebut merupakan cuaca terburuk di NTT dalam beberapa tahun terakhir. Karena bertepatan dengan perayaan Paskah maka saya menyebut fenomena ekstrim ini sebagai Via Dolorosa di NTT.
Via Dolorosa secara harafiah berarti "jalan kesengsaraan". Via Dolorosa adalah rute perjalanan yang ditempuh Kristus ketika berjalan dari tempat penghakiman Pilatus, yang disebut Praetorium menuju tempat penyaliban-Nya di bukit Kalvari (Golgota).
Alkitab bercerita bahwa setelah penghakiman di Pontius Pilatus, Kristus disesah, dihina dan diludahi para prajurit Romawi. Kemudian Ia dipaksa memikul salib-Nya melalui jalan-jalan di Yerusalem sampai ke Golgota, dimana Ia disalibkan.
C. Truman Davis dalam artikel berjudul The Crucifixion of Jesus. The Passion of Christ from a Medical Point of View, mendeskripsikan penderitaan Kristus selama menempuh Via Dolorosa sebagai berikut:
Cambuk yang berat dijatuhkan dengan kekuatan penuh berulang kali di bahu, punggung dan kaki Kristus. Mula-mula tali yang tebal hanya memotong kulit. Kemudian, saat pukulan berlanjut, mereka memotong lebih dalam ke jaringan subkutan, menghasilkan pertama aliran darah dari kapiler dan vena kulit, dan akhirnya muncrat pendarahan arteri dari pembuluh di otot di bawahnya. Akhirnya kulit di punggung bergantung seperti pita panjang di seluruh area punggung. Seluruh jaringan tubuh Kristus robek dan berdarah sehingga tidak dapat dikenali.