Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Liverpool (Klopp) di Piala FA

26 Januari 2021   06:52 Diperbarui: 26 Januari 2021   07:26 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gol kedua Mohammad Salah di menit 58 memberi harapan kepada tim asuhan Jurgen Klopp untuk mencari gol penentu kemenangan. Alih-alih tendangan bebas Bruno Fernandez di menit 78 tak mampu dihalau oleh Allison Backer. Skor berubah menjadi 3:2 hingga pertandingan usai.

Kekalahan Liverpool dari Manchester United di putaran keempat piala FA kali ini memperpanjang catatan buruk salah satu pelatih terbaik dunia, Jurgen Klopp sejak menangani klub berjuluk The Reds itu. Ya, sejak ditunjuk sebagai pengganti Brendan Rodgers, Klopp tak mampu membawa Liverpool hingga partai final Piala FA.

Musim 2015/2016

Ogbonna mencetak gol West Ham pertamanya dalam penampilannya yang ke-18 untuk klub | Via BBC
Ogbonna mencetak gol West Ham pertamanya dalam penampilannya yang ke-18 untuk klub | Via BBC

Pada musim pertama Klopp, ia menghadapi ujian berat di putaran keempat Piala FA. Pasalnya Liverpool dipertemukan dengan West Ham United yang baru saja memberikan kekalahan 2:0 kepada pasukan The Reds di Liga Inggris. 

Di masa transisi ini, bermodalkan Philip Coutinho yang mulai naik daun, Jurgen Klopp mencoba mengalahkan West Ham United di putaran keempat piala FA sebagai balas dendam sekaligus membuktikan diri sebagai pelatih yang patut diperhitungkan di Liga Inggris.

Pada partai pertama yang dihelat di Anfield, Liverpool hanya mampu bermain imbang. Misi semakin sulit. Liverpool harus menaklukkan West Ham United di stadion yang baru saja memberikan pil pahit. Liverpool memaksa West Ham United bermain hingga babak ekstra time melalui tendangan bebas Philip Coutinho tetapi semua sia-sia. Pada menit terakhir, Ogbonna mengakhiri pertandingan dengan skor 2:1. Perjalanan Liverpool di Piala FA pun tamat.

Musim 2016/2017

Penyerang Wolves, Helder Costa, membuat asist untuk kedua gol Wolves | via BBC
Penyerang Wolves, Helder Costa, membuat asist untuk kedua gol Wolves | via BBC

Pada putaran yang sama, di kompetisi yang sama musim 2016/2017, Klopp kembali diuji. Kini, penantang adalah serigala dari Wolverhampton, West Midlands. Bermodalkan pengalaman pahit pada musim sebelumnya, Klopp berusaha menampilkan strategi yang lebih baik. Setidaknya Liverpool dapat menikmati partai final.

Namun, pertandingan yang dihelat sekali saja di Anfield membuat Liverpool tak mampu menerima kekalahan. Pasalnya, Liverpool tampil dominan dengan menguasai pertandingan, bahkan serigala Wolverhampton itu dihujani peluru-peluru tembakan pasukan The Reds.

Wolves bermain dengan pertahanan yang sangat rapat dengan mengandalkan serangan balik yang sangat efektif dengan mencetak dua gol di babak pertama. Sedangkan Liverpool yang membuat 700-an operan hanya mencetak gol penghibur melalui Origi. Nasib Klopp di Piala FA pun terhenti.

Musim 2017/2018

Salah satu gol Rodriguez ke gawang Liverpool | via BBC
Salah satu gol Rodriguez ke gawang Liverpool | via BBC

Memasuki musim ketiga, Liverpool mulai memiliki pemain-pemain berkelas yang menjadi andalan Klopp hingga saat ini. Mereka adalah Mane, Firmino dan Salah. Trio Mane, Firmino dan Salah menjadi salah satu lini depan yang mulai ditakuti di kompetisi Inggris bahkan Eropa.

Perjalanan mereka di Liga Inggris mulai konsisten bahkan Liverpool menjadi pesaing berat di empat besar. Meskipun keluar sebagai urutan empat, Liverpool mulai menunjukkan penampilan yang menarik. Di Liga Champions, tak ada hadangan berat yang membuat mereka kembali melakoni partai final melawan Madrid di Kiev sejak kalah dari AC Milan pada musim 2006/2007.

Tentunya di Piala FA, Liverpool menjadi salah satu favorit juara pada waktu itu. Apalagi West Brom menjadi penantang pada putaran keempat. Di atas kertas, Liverpool lebih baik dari West Brom tetapi apa mau dikata, bola itu bulat.

West Brom yang tampil bertahan membuat tiga gol pada babak pertama. Sedangkan Liverpool masih bersandar pada satu gol dari Firmino. Keunggulan West Brom di babak pertama menjadi modal untuk bertahan mati-matian pada babak kedua. Benar, Liverpool yang terus menggempur pertahanan West Brom hanya mampu mencetak satu gol pada menit 78. Perjalanan Liverpool terhenti.

Musim 2018/2019

Divock Origi membuat penampilan keempatnya musim ini untuk Liverpool, dan start keduanya| via BBC
Divock Origi membuat penampilan keempatnya musim ini untuk Liverpool, dan start keduanya| via BBC

Musim 2018/2019 adalah musim bersejarah bagi Liverpool. Setelah menelan pil pahit pada partai final Liga Champions musim sebelumnya, Liverpool akhirnya keluar sebagai juara Liga Champions mengalahkan klub senegaranya, Tottenham Hotspur.

Musim itu, Liverpool menjadi salah satu klub yang paling ditakuti di kompetisi Eropa dan diwaspadai oleh Pep Guardiola di Liga Inggris. Selain keluar sebagai pemenang Liga Champion, perolehan poin Liverpool menekan sang juara Liga Inggris, Manchester City musim tersebut hingga akhir musim.

Di Piala FA, Manchester City disebut sebagai satu-satunya lawan berat Liverpool. Meski demikian, di luar nalar manusia, serigala Wolverhampton kembali mencabik-cabik Liverpool di Stadion Molineux pada putaran ketiga. Serigala Wolverhampton memang menakutkan.

Musim 2019/2020

Willian dan Cesar Azpilicueta merayakan gol pembuka Chelsea melawan Liverpool | Skysports
Willian dan Cesar Azpilicueta merayakan gol pembuka Chelsea melawan Liverpool | Skysports

Musim tersebut adalah musim yang paling menarik bagi Liverpool. Di pertengahan musim, Liverpool mulai dipercaya akan mengakhiri puasa gelar juara Liga Inggris selama 30 tahun. Bahkan, Liverpool disebut-sebut akan memecahkan tiga rekor sekaligus.

Liverpool pada saat itu dalam tren yang sangat baik. Di Liga Inggris, mereka tidak pernah kalah. Di Liga Champions dan Piala FA juga. Selain dipercaya akan memecahkan rekor Real Madrid sebagai pemenang Liga Champion berturut-turut, rekor Arsenal tidak pernah kalah dalam kompetisi Liga Inggris, Liverpool dipercaya akan memecahkan rekor rivalnya Manchester United yang telah merah trigelar. Liga Champions, Liga Inggris dan Piala FA.

Namun, tiga mimpi Liverpool itu hilang dalam sekejap. Rentetan rekor buruk di Piala FA berlanjut setelah tim asuhan Frank Lampard memberikan mereka kekalahan kedua sejak awal kompetisi sepakbola Eropa dimulai pada putaran kelima.

Baca: 3 Mimpi Liverpool yang Hilang dalam Waktu Sekejap

Padahal kemungkinan untuk memenangkan Piala FA bukan hal yang mustahil untuk dilakukan karena pada musim tersebut, Liverpool berhasil mengalahkan semua klub di Liga Inggris tetapi semesta tak mengizinkan prestasi itu terjadi.

***

Pada musim ini, 2020/2021, Klopp bermimpi untuk mengakhiri catatan buruknya di Piala FA. Sialnya, putaran keempat mempertemukan Liverpool dengan Manchester United yang sedang berada dalam tren yang positif. Dua gol Mohammad Salah belum mampu mengakhiri paceklik gelar Piala FA Liverpool. Mungkinkah Liverpool harus menanti 30 tahun?

Bacaan terkait: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun