Musim itu, Liverpool menjadi salah satu klub yang paling ditakuti di kompetisi Eropa dan diwaspadai oleh Pep Guardiola di Liga Inggris. Selain keluar sebagai pemenang Liga Champion, perolehan poin Liverpool menekan sang juara Liga Inggris, Manchester City musim tersebut hingga akhir musim.
Di Piala FA, Manchester City disebut sebagai satu-satunya lawan berat Liverpool. Meski demikian, di luar nalar manusia, serigala Wolverhampton kembali mencabik-cabik Liverpool di Stadion Molineux pada putaran ketiga. Serigala Wolverhampton memang menakutkan.
Musim 2019/2020
Musim tersebut adalah musim yang paling menarik bagi Liverpool. Di pertengahan musim, Liverpool mulai dipercaya akan mengakhiri puasa gelar juara Liga Inggris selama 30 tahun. Bahkan, Liverpool disebut-sebut akan memecahkan tiga rekor sekaligus.
Liverpool pada saat itu dalam tren yang sangat baik. Di Liga Inggris, mereka tidak pernah kalah. Di Liga Champions dan Piala FA juga. Selain dipercaya akan memecahkan rekor Real Madrid sebagai pemenang Liga Champion berturut-turut, rekor Arsenal tidak pernah kalah dalam kompetisi Liga Inggris, Liverpool dipercaya akan memecahkan rekor rivalnya Manchester United yang telah merah trigelar. Liga Champions, Liga Inggris dan Piala FA.
Namun, tiga mimpi Liverpool itu hilang dalam sekejap. Rentetan rekor buruk di Piala FA berlanjut setelah tim asuhan Frank Lampard memberikan mereka kekalahan kedua sejak awal kompetisi sepakbola Eropa dimulai pada putaran kelima.
Padahal kemungkinan untuk memenangkan Piala FA bukan hal yang mustahil untuk dilakukan karena pada musim tersebut, Liverpool berhasil mengalahkan semua klub di Liga Inggris tetapi semesta tak mengizinkan prestasi itu terjadi.
***
Pada musim ini, 2020/2021, Klopp bermimpi untuk mengakhiri catatan buruknya di Piala FA. Sialnya, putaran keempat mempertemukan Liverpool dengan Manchester United yang sedang berada dalam tren yang positif. Dua gol Mohammad Salah belum mampu mengakhiri paceklik gelar Piala FA Liverpool. Mungkinkah Liverpool harus menanti 30 tahun?