Namun, pertandingan yang dihelat sekali saja di Anfield membuat Liverpool tak mampu menerima kekalahan. Pasalnya, Liverpool tampil dominan dengan menguasai pertandingan, bahkan serigala Wolverhampton itu dihujani peluru-peluru tembakan pasukan The Reds.
Wolves bermain dengan pertahanan yang sangat rapat dengan mengandalkan serangan balik yang sangat efektif dengan mencetak dua gol di babak pertama. Sedangkan Liverpool yang membuat 700-an operan hanya mencetak gol penghibur melalui Origi. Nasib Klopp di Piala FA pun terhenti.
Musim 2017/2018
Memasuki musim ketiga, Liverpool mulai memiliki pemain-pemain berkelas yang menjadi andalan Klopp hingga saat ini. Mereka adalah Mane, Firmino dan Salah. Trio Mane, Firmino dan Salah menjadi salah satu lini depan yang mulai ditakuti di kompetisi Inggris bahkan Eropa.
Perjalanan mereka di Liga Inggris mulai konsisten bahkan Liverpool menjadi pesaing berat di empat besar. Meskipun keluar sebagai urutan empat, Liverpool mulai menunjukkan penampilan yang menarik. Di Liga Champions, tak ada hadangan berat yang membuat mereka kembali melakoni partai final melawan Madrid di Kiev sejak kalah dari AC Milan pada musim 2006/2007.
Tentunya di Piala FA, Liverpool menjadi salah satu favorit juara pada waktu itu. Apalagi West Brom menjadi penantang pada putaran keempat. Di atas kertas, Liverpool lebih baik dari West Brom tetapi apa mau dikata, bola itu bulat.
West Brom yang tampil bertahan membuat tiga gol pada babak pertama. Sedangkan Liverpool masih bersandar pada satu gol dari Firmino. Keunggulan West Brom di babak pertama menjadi modal untuk bertahan mati-matian pada babak kedua. Benar, Liverpool yang terus menggempur pertahanan West Brom hanya mampu mencetak satu gol pada menit 78. Perjalanan Liverpool terhenti.
Musim 2018/2019
Musim 2018/2019 adalah musim bersejarah bagi Liverpool. Setelah menelan pil pahit pada partai final Liga Champions musim sebelumnya, Liverpool akhirnya keluar sebagai juara Liga Champions mengalahkan klub senegaranya, Tottenham Hotspur.