Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam yang Lockdown

26 April 2020   18:40 Diperbarui: 26 April 2020   18:33 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Pexels (Foto: Francesco Ungaro)

Ketika senja berlalu,peluru mata tak mampu menembus layar malam,
Cahaya pelita yang menembus sela-sela dinding pun tak menembus selimut kabut,
Bulan masih beristirahat, bintang-bintang bersembunyi di balik balutan awan hitam,
Jangkrik malam menyanyi merdu, rintik hujan menciptakan nada sendu,
Angin malam berhembus kencang, melewati sela-sela ventilasi yang terbuka lebar,
Dingin menyelimuti seluruh tubuh, merambat ke dalam sum-sum, bulu kuduk berdiri--air seni seakan menembus keluar.
Air hujan membasahi lempengan-lempengan kaca jendela, menambah lapisan layar malam,
Rintik-rintik hujan berubah menjadi deras, merusak barisan nada yang tercipta,
Suara nyanyian jangkrik tenggelam, bahkan tak didengar oleh sesama jangkrik.
Pintu-pintu tertutup rapat,
Tempat tidur memanggil,
Bantal guling menggoda,
Selimut merayu,
Aku ingin tidur.

Timor Tengah Selatan, 26 April 2020
Neno Anderias Salukh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun