Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Alasan Donald Trump Melakukan Sarkasme kepada Wartawan

26 April 2020   11:29 Diperbarui: 26 April 2020   11:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump menunjuk seorang wartawan dalam briefing harian virus corona di Gedung Putih | Foto JONATHAN ERNST/REUTERS via kompas.com

Hal ini membuat Donald Trump geram, mengamuk dan membentak wartawan The Washington Post yang salah mengutip pernyataan pakar medis, Robert Redfield  tentang bahaya gelombang kedua Covid-19.

Donald Trump juga menuntut Redfield melakukan klarifikasi kepada media. Dilansir dari kompas.com, Menurut pemberitaan Daily Mail, ini dilakukan Trump untuk memastikan bahwa apakah pernyataan yang disampaikan Redfield dikutip secara akurat The Washington Post atau tidak.

Kemudian Redfield mengatakan bahwa tajuk utama pada cerita The Washington Post adalah "tidak pantas". Teh Washington Post lah yang salah mengutip pernyataan Redfield.

Donald Trump geram dan berkicau sarkasme di akun twitternya bahwa CNN melakukan kesalahan dalam mengutip pernyataan Redfield.

"Direktur CDC benar-benar dikutip salah oleh Fake News @CNN pada COVID 19. Dia akan mengeluarkan pernyataan," tulis Trump di Twitter-nya.

Sarkasme ini benar-benar bermakna ganda. Jika kita melihat arti kata Fake maka kita menemukan banyak arti. Fake dalam kata benda bisa diartikan sebagai gadungan, tiruan, penipuan, penipu,  kelancungan dan pemalsuan. Sedangkan Fake dalam kata kerja berarti memalsukan, menipu, menirukan, mendayakan, mendata, berbuat seakan-akan.

Jadi, sarkasme sebelumnya tentang pertanyaan Donald Trump kepada wartawan bahwa apakah disinfektan bisa disuntikkan kepada pasien hanya untuk menguji kemampuan wartawan bahwa wartawan hanya mampu melihat tetapi tidak mengetahui tentang hal tersebut. Ini ditujukan kepada perbuatan wartawan yang menulis berita seakan-akan melihat kejadian padahal hanya melihat berita yang diterbitkan oleh media yang lain.

Salam!!!

Sumber berita: Satu; Dua; Tiga; Empat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun