Munculnya berbagai macam teori konspirasi terkait virus corona merupakan sebuah bukti bahwa manusia perlu berefleksi dan bila mungkin melakukan Tradisi Neketi Suku Dawan (Timor)?
Ketika negara-negara di dunia berbondong-bondong melakukan lockdown atau setidaknya menerapkan physical distancing secara besar-besaran, rasanya dunia berhenti berotasi dan berevolusi.Â
Seketika, para ilmuwan diam membisu, mengerutkan dahi dan menutup mata memikirkan virus corona yang menyebar begitu cepat, menguasai dunia dan merenggut nyawa banyak orang, tanda tanya semakin banyak meneror pikiran saya.
Akan sampai kapan pandemi ini berakhir? Itulah pertanyaan yang selalu timbul dalam benak saya dan mungkin juga orang lain tapi tidak ada tanda-tanda yang bisa dijadikan sebagai bukti untuk memprediksi ending pandemi ini atau setidaknya melihat dunia kembali berjalan normal seperti biasanya.
Karena itu, pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, siapa dan dimana pun terus menganggu tidur malam saya dan tentunya sangat menggangu rasa kemanusiaan saya. Betapa tidak, melihat banyak orang berjuang melawan musuh tak kasat mata dengan tangan kosong, beberapa merelakan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Ini perang dunia ketiga melawan sesama makhluk hidup yang sangat kuat tapi kita tidak memiliki senjata yang cukup atau setidaknya ampuh untuk mempertahankan eksistensi kita sebagai manusia sebagai makhluk yang paling mulia menurut orang-orang beriman.
Kontradiktif. Makhluk yang paling mulia dan paling kuat atau setidaknya diciptakan untuk menguasai makhluk lain seolah-olah tak berdaya dan tak berkuasa melawan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil dibandingkan dengan manusia.
Mengapa virus ini sangat kuat? Darimana asal virus ini? Siapa yang harus bertanggung jawab? Teka-teki yang belum terpecahkan. Karena itu, kita tidak perlu merasa aneh atau heran dengan berbagai teori konspirasi yang muncul bahwa Covid-19 adalah senjata biologis atau sebagai kebenaran sebuah lamaran yang sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu.
Para pegiat lingkungan berpendapat lain bahwa kemunculan virus ini adalah ulah manusia yang tidak menjaga dan memelihara alam. Manusia harus menghadapi konsekuensi logis akibat memanfaatkan statusnya sebagai makhluk penguasa dengan mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Disisi lain, orang-orang religius atau kaum teisme masih memegang teguh prinsip Tuhan adalah penguasa yang menciptakan bumi dan akan membinasakannya kapan saja, sehingga sejauh ini virus corona dipercaya sebagai senjata Tuhan.