Pandemi corona memaksa liga-liga top eropa ditangguhkan untuk sementara termasuk empat laga sisa leg-2 Liga Champion Manchester City vs Real Madrid, Juventus vs Lion, Barcelona vs Napoli dan Bayern Munich vs Chelsea. Berkaca dari efek pertandingan Atalanta vs Valencia dan Liverpool vs Atletico yang disebut sebagai awal dari meluasnya virus corona di Italia dan Spanyol, penangguhan ini bertujuan memotong mata rantai atau setidaknya meminimalisir penyebaran virus corona di Eropa.
Namun, tujuan penangguhan ini tak hanya sebatas itu, beberapa pertandingan yang terpaksa dihelat tanpa penonton tidak menarik disaksikan melalui layar kaca karena sepakbola tak sebatas menang atau kalah, sepak bola tak sebatas bermain untuk mendapatkan trofi tapi sepakbola tentang hiburan yang menghadirkan suporter sebagai pemain ke-12 atau yang disebut sebagai pemain belakang layar sehingga penangguhan ini juga untuk menghadirkan kembali sepakbola yang sebenarnya.
Pulihnya Mikel Arteta dari Covid-19 bukan hanya kabar baik bagi The Gooners tapi juga angin segar bagi dunia sepakbola yang mengisyaratkan bahwa sepakbola akan hadir sebentar lagi. Liga-liga top Eropa akan kembali dihelat dan menunggu pemain-pemain kelas dunia membela tim nasionalnya di laga Uero 2020.
Namun, sejatinya pertandingan yang sedang ditunggu-tunggu para penikmat sepakbola adalah pertandingan leg-2 Liga Champion Manchester City vs Real Madrid, Juventus vs Lion, Barcelona vs Napoli dan Bayern Munich vs Chelsea. Leg ke-2 ini cukup menarik karena tim-tim seperti Real Madrid, Juventus dan Barcelona yang selalu menjadi langganan babak perempat final dalam beberapa tahun terakhir memperoleh hasil buruk di leg pertama. Termasuk Chelsea yang membaik dibawah asuhan legenda Frank Lampard harus menelan pil pahit di depan publiknya sendiri.
Meski kemenangan tak selalu memihak pada klub-klub papan atas Eropa, sangat sulit melihat Madrid, Juventus dan Barcelona harus menyelesaikan perjuangan mereka di Liga Champion lebih awal. Juga, sangat sulit melihat pasukan Frank Lampard menelan pil pahit yang kedua kalinya melawan raksasa Bundeliga.
Jika  pandangan tersebut dari kacamata penggemar sepakbola, saya pikir para pelatih dan para pemain juga tak ingin laju klub mereka di Liga Champion harus terhenti atau jika harus pulang lebih awal, setidaknya mereka pulang dengan kepala yang terangkat. Oleh karena itu, penulis mencoba memahami strategi Zinedine Zidane, Murizio Sari, Quique Setien dan Frank Lampard untuk menghadapi pertandingan leg kedua Liga Champion.
Zidane-Real Madrid
Meski melawan salah satu pelatih jenius dunia, Pep Guardiola, pertandingan leg pertama seharusnya menjadi milik Los Blancos. Bukan tanpa alasan, Madrid menjalani 75 menit pertandingan dengan sangat baik tetapi melempen di beberapa menit terakhir yang dimanfaatkan oleh Gabriel Jesus di menit ke-78 dengan memanfaatkan umpan lambung Kevin de Bruyne dan merobek jala gawang Tibaut Courtois.
Selang lima menit, Madrid harus menerima kenyataan pahit karena Carvajal menjatuhkan Sterling di kotak penalti, De Bryune yang mendapatkan kesempatan menendang bola dari titik penalti tidak menyia-nyiakannya dengan menceploskan bola ke sisi kiri gawang. Malapetaka berlanjut setelah Sergio Ramos diusir dari lapangan karena melanggar Gabriel Jesus dari belakang.
Karena itu, pandemi corona memberikan kesempatan kepada Zidane untuk memilih banyak opsi karena Madrid akan memainkan leg kedua tanpa sang kapten, Sergio Ramos. Tetapi, ada kemungkinan untuk Zidane tampil dengan lini depan dan lini tengah yang lebih tangguh karena hanya menyisakan Eden Hazard yang masih menjalani pemulihan sedangkan Marco Asensio diprediksi akan kembali merumput dalam waktu dekat.
Melawan lini depan Manchester City yang dihuni oleh Sergio Aguero dan Gebriel Jesus tanpa Sergio Ramos akan sangat merepotkan Madrid meski Raphael Varane cukup tangguh di lini pertahanan sehingga Nacho atau Mendy akan menjadi pilihan terbaik untuk menggantikan Sergio Ramos dengan bantuan Casemiro yang bisa memotong bola yang melewati lini tengah. Sedangkan Vede Valverde akan memainkan posisi Casemiro di lini tengah dengan membantu Luka Modric dan Toni Kroos lebih leluasa mengatur ritme permainan.