Anies Baswedan tidak ingin menyalahkan siapapun terkait banjir yang merendam sejumlah wilayah di Jakarta. Setelah ditelusuri, pesan ini memiliki makna ganda, apa itu?
Banjir yang sedang merendam Jakarta bukan fenomena baru bagi masyarakat Indonesia. Jakarta memiliki catatan khusus tentang banjir. Pada tahun 1621, Jakarta yang masih bernama Batavia pertama kali dilanda banjir.
Peristiwa yang sama terjadi pada tahun 1654 dan 1876. Untuk menghentikan bencana tersebut, pemerintah Belanda membangun tiga bendungan yaitu Bendungan Hilir, Bendungan Jago dan Bendungan Udik.
Akan tetapi, upaya tersebut tidak memberikan dampak positif. Banjir di Jakarta semakin meningkat. Tercatat, Januari 1984 merupakan duka yang paling bersejarah bagi Jakarta, sebanyak 8.956 orang menjadi korban akibat banjir yang menutupi 291 Rukun Tetangga (RT) di Jakarta.
Setelah itu, banjir menjadi momok yang paling menakutkan bagi semua orang Jakarta. Banjir seakan tidak pernah berhenti melanda ibukota negara Indonesia ini. Hingga kini, Banjir di tahun baru 2020 ini menjadi salah satu banjir paling parah sejak tahun 2016.
Masuk pada tahun 2000-an, banjir Jakarta merupakan wacana menarik untuk dibahas. Secara khusus, Penyebab banjir dijadikan sebagai subtopik utama dalam diskusi publik dan pemerintah dalam upaya penanggulangan banjir.
Namun, penyebab banjir Jakarta ini masih menuai polemik hingga saat ini. Letak geografis, ulah manusia dan berbagai macam alasan dikemukakan sehingga dijadikan sebagai wacana yang tidak luput dari sorotan publik.
Polemik inilah yang membuat publik tidak ragu dan takut menyalahkan pemerintah provinsi DKI Jakarta yang dinilai gagal menyelesaikan banjir Jakarta. Akibatnya, banjir Jakarta menjadi masalah serius yang dipolitisasi demi jabatan politik.
Sejak kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, banjir Jakarta seringkali menjadi kuda tunggang untuk melenggang ke kursi nomor satu DKI Jakarta. Dengan berbagai konsep, para politisi menawarkannya kepada masyarakat.
Terakhir kalinya, Pilkada DKI Jakarta yang berlanjut hingga putaran kedua menyisakan Anies Baswedan dengan Basuki Tjahaja Purnama, banjir Jakarta menjadi perhatian utama masyarakat. Publik berharap memilih figur yang berhasil menangani Jakarta.