Kondisi ini pula menciptakan persaingan ketat dalam perebutan kursi ketua PSSI. Sebanyak 11 orang yang maju sebagai calon ketua PSSI periode 2019-2023. Diantaranya adalah Arif Wicaksono, Aven Hinelo, Bernhard Limbong, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, La Nyalla Mattalitti, Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa dan Yesayas Oktavianus.
Kesebelas orang ini diharapkan membawa perubahan dalam tubuh PSSI untuk memajukan sepakbola Indonesia jika terpilih sebagai ketua umum PSSI. Masalah serius yang perlu diselesaikan adalah Supporter, Pengaturan Skor, Transparansi anggaran dan pengaturan jadwal yang masih amburadul.
Namun, kongres yang menentukan masa depan sepakbola Indonesia menimbulkan kontroversi. Sebanyak enam calon ketua PSSI memilih mengundurkan diri dan keluar dari kongres yaitu Aven Hinelo, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, Sarman, Vijaya Fitriyasa, dan Yesayas.
Dilansir dari kompas.com, enam lainnya mundur pada pertengahan berjalannya kongres PSSI karena diusir. Menurut calon ketua PSSI Vijaya Fitriyasa, pengusiran dirinya dan kelima caketum PSSI lainnya diawali saat mereka menyampaikan interupsi dan ingin menyampaikannya langsung ke FIFA.
Adapun keberatan yang hendak diajukan oleh ke-enam calon yang diusir adalah pembatalan debat antarcalon oleh PSSI, ketidakjelasan pemilik suara (voters) dan tidak ada pemberitahuan apapun terkait tata cara pemilihan ketua umum PSSIÂ kepada para calon ketua umum.
"Kita-kita maju ke depan dan Pak Fary ingin menyampaikan keberatannya ke FIFA. Tetapi, dihalang-halangi security," kata Vijaya.
Dalam akun facebooknya, Farry Francis menyebut kongres luar biasa PSSI yang telah berlangsung adalah kongres yang paling lucu dan aneh.
Ketidakpuasan Vijaya, Farry Francis dan beberapa calon lainnya mendapatkan dukungan dari beberapa supporter dengan melakukan aksi demo untuk memboikot PSSI.
"Boikot PSSI. Disanksi FIFA pun tidak apa-apa. Kami mendukung PSSI baru untuk perubahan. Di sini sudah jelas pahlawan sebenarnya. Siapa yang ingin ada perubahan di tubuh PSSI,"Â tutur seorang suporter saat berdemo.
Jujur, saya tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, saya tidak tahu mekanisme yang benar dalam kongres. Namun, saya juga harus jujur bahwa jika tak ada api, tak mungkin ada asap.