Selain itu, pola pikir masyarakat Sumba yang masih menganut paham patrialisme, di mana kaum perempuan yang menginjak usia remaja diperuntukan untuk menikah sadar bahwa semua orang baik itu laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dan berhak memperoleh pendidikan.
Bahkan, taman baca yang pernah meraih penghargaan Provinsi Astra International Satu Indonesia Awards ini menjadi wadah anak-anak Sumba menjamah dan mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Mengenal Presiden Amerika Serikat dan pemimpin-pemimpin dunia lainnya merupakan sebuah hal yang biasa bagi anak-anak yang dilahirkan di perkotaan, belajar dengan sarana yang lengkap dan sebagainya.
Akan tetapi, menjadi sesuatu yang luar biasa ketika anak-anak di desa yang tidak memiliki TV sekalipun mengenal pemimpin-pemimpin dunia.
Shem merupakan salah satu anak Dyatame yang merasakan hal itu. Meski hidup dalam keluarga yang tidak memiliki TV, ia ada usaha untuk mendapatkan informasi-informasi yang bagi anak-anak tidak penting.
Dalam sebuah Kegiatan Belajar Mengajar, Empri Magi yang merupakan pembimbing mereka bertanya, Siapakah Presiden Amerika?
"Donald Trump," Jawab Shem ditengah kebisuan dan kebingungan teman-temannya.
Bagi Empri, hal tersebut sangat unik karena anak seumuran Shem yang seharusnya tertarik dengan dunia kartun malah suka dengan berita-berita politik.
"Saya menyadari bahwa keterbatasan tak menghalangi kita untuk belajar pengetahuan umum. Seperti Shem, walaupun anak seumurannya lebih cenderung menyukai film kartun dan hiburan lain tetapi Shem juga tertarik untuk menonton berita yang cenderung lebih disukai oleh orang tua,"Â tulis Empri dalam catatan Surga Para Pejuang Aksara
Shem menunjukkan bahwa pengaruh Dyatame untuk anak-anak meraih mimpi-mimpi mereka sangat besar. Meski Dyatame tidak menyediakan TV untuk mereka tetapi Dyatame berhasil menuntun mereka untuk berusaha keras mencari dan menemukan.
Dipastikan, Taman Baca yang memiliki arti rumah yang menebarkan berkat bagi orang lain khususnya anak-anak ini akan memberhentikan rentetan putra-putri Sumba usia sekolah yang lebih memilih bekerja ke daerah lain bahkan ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!