Meski lahir di kawasan hutan tepat pinggiran Kota Maumere, lagu Gemu Fa Mi Re menjajal dunia.
Putar ke kiri e...
nona manis putarlah ke kiri
ke kiri ke kiri ke kiri dan
ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis a...
Sekarang kanan e.
nona manis putarlah ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan manis ee...
Pernahkah anda mendengar lagu Gemu Fa Mi Re? Ataukah anda pernah bergoyang bersama dengan iringan musik lagu tersebut? Ataukah mungkin anda pernah menyanyikannya sendirian meski hanya nada la la la dan seterusnya?
Pertanyaan di atas jika dikembalikan pada saya maka saya harus mengakui bahwa semua jawabannya adalah pernah. Ketika lagu tersebut pertama kali dirilis, saya terus menyanyikan lagu tersebut walau hanya la la la la karena menggunakan bahasa Maumere dan lirik yang paling sering dinyanyikan adalah Putar ke kiri e, Nona manis putarlah ke Jero dan seterusnya.
Saya yakin bahwa diantara beberapa pertanyaan di atas ditanyakan kepada setiap orang, setidaknya minimal satu pertanyaan memperoleh jawaban pernah.
Ya, lagu yang kadang kala disebut Maumere merupakan salah lagu yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yang hampir dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan mancanegara karena musiknya yang riang seakan mengajak orang-orang bernyanyi dan bergoyang bersama sepanjang lagu tersebut.
Lagu ini ditulis oleh Frans Cornelis Dian Bunda pada tahun 2011 di di kawasan hutan di pinggir kota Maumere, Nusa Tenggara Timur. Setahun kemudian, lagu tersebut mulai fenomenal dan dikenal di seluruh kalangan masyarakat pelosok hingga kota.
Yang menarik dari lagu ciptaan pria dengan panggilan Nyong Franco adalah iringan tari dan senam Maumere. Seperti putar ke kiri ee dan seterusnya.
Entah mengapa? Lagu tersebut menjajal kota-kota di Indonesia kemudian berselancar di mancanegara. Bahkan, lagu dan tarian yang digunakan untuk menyambut tamu menjadi oleh-oleh khas Maumere bagi siapa saja yang berkunjung ke sana.